Selama Libur Lebaran, 210 Wisatawan Tersengat Ubur-Ubur di Kawasan Pantai Parangtritis dan Depok
Koordinator SAR Satlinmas Wilayah III Parangtritis, Ali Sutanto mengatakan puncaknya terjadi pada tanggal 6 Juni lalu.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sebanyak 210 wisatawan terkena sengatan ubur-ubur di kawasan Pantai Parangtritis dan Pantai Depok sepanjang libur Lebaran yakni sejak tanggal 3 Juni hingga 10 Juni.
Koordinator SAR Satlinmas Wilayah III Parangtritis, Ali Sutanto mengatakan puncaknya terjadi pada tanggal 6 Juni lalu.
Tercatat di Pos Pantai Parangtritis ada 80 orang tersengat ubur-ubur, di Pos Pantai Depok ada 26 orang, dan di Pos Polair sebanyak 12 orang, dengan total 118 orang.
Sementara pada tanggal 8 Juni tercatat ada 18 orang terkena sengatan ubur-ubur. Kemudian pada Minggu (9/6/2019) sore tercatat ada 22 orang yang terkena sengatan ubur-ubur.
• 30 Titik Rawan Kecelakaan di Jalur Wilayah Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
• Basarnas Yogyakarta Siagakan Tim di Pantai Selatan Yogyakarta
• Dua Kecamatan Terima Bantuan Air dari BPBD
• RSUP Dr Sardjito Klarifikasi Info Anak Terkena Kanker Darah Akibat Keseringan Bermain Gadget
"Kemarin tanggal 6 itu yang banyak. Kebanyakan yang kena anak-anak," kata Ali ditemui di Pos SAR Satlinmas Wilayah III Parangtritis, Minggu (9/6/2019) sore. Bahkan kata Ali, para orangtua anak-anak yang terkena sengatan ubur-ubur ini sempat panik.
"Mereka sempat panik karena takut terjadi sesuatu pada anak mereka. Padahal sengatan ubur-ubur ini tidak terlalu berbahaya," jelas Ali. Sengatan ubur-ubur ini menimbulkan efek panas seperti terbakar. Pada beberapa orang juga menimbulkan efek sesak napas.
"Pertolongan pertama diberi cuka sama alkohol, dan dioleskan salep anti racun. Sekitar 10-15 menit sakitnya bisa hilang," ujarnya.
Salah seorang wisatawan asal Surabaya, Maria Manungkalit sore itu tengah menunggui kerabatnya yang terkena sengatan ubur-ubur. "Tadi kenanya di Pantai Parangtritis sebelah barat sana. Terus dibawa ke sini," kata Maria.
Ia mengaku tidak mengetahui adanya peringatan dari petugas SAR soal keberadaan ubur-ubur ini. "Sudah ada peringatan mungkin, tapi kami tidak dengar karena kami juga jauh dari pos sini," ungkapnya.
Kerabat Maria yakni Mewa yang terkena sengatan ubur-ubur mengaku merasakan panas pada perutnya. Sebelumnya ia juga sempat muntah-muntah setelah terkena sengatan ubur-ubur. "Panas di perut ini sama muntah juga," katanya.
Dijelaskan oleh Ali, ubur-ubur dengan tentakel berwarna biru ini memang sekilas menarik perhatian, apalagi bagi anak-anak yang memiliki rasa penasaran tinggi. "Mungkin dikira balon atau apa. Kalau bagian yang seperti balon ini tidak apa-apa dipegang. Yang bahaya tentakelnya yang biru ini," jelas Ali sambil menunjukkan bagian tentakel ubur-ubur.
Pada cuaca panas dengan terik matahari, ubur-ubur akan muncul. Namun pada cuaca teduh, ubur-ubur tidak akan muncul. Seperti pada hari Jumat lalu, sama sekali tak ada kejadian wisatawan tersengat ubur-ubur. "Kemarin Jumat sama sekali nggak ada kejadian," ungkapnya.
Ali menambahkan, munculnya ubur-ubur ini memang terjadi antara bulan Juni-Juli. Sudah empat tahun terakhir ini libur Lebaran bertepatan dengan musim ubur-ubur muncul. "Kurang lebih empat tahun ini pas Lebaran pas ada ubur-ubur," ujar Ali.(amg)