204 Tahun Letusan Tambora
204 Tahun Letusan Tambora : Ketika Kolom Api Raksasa Menyapu ke Segala Penjuru
Hari ini, 204 tahun lalu, letusan super dahsyat Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dimulai. Bumi bergemeletar menakutkan saat itu
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
204 Tahun Letusan Tambora : Ketika Kolom Api Raksasa Menyapu ke Segala Penjuru
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – “Maka gelap berbalik lagi lebih daripada malam itu, kemudian maka berbunyilah seperti meriam orang perang, kemudian maka turunlah kersik batu abu seperti dituang, lamanya tiga hari dua malam.”
Penggal sejarah kronik Kerajaan Bima itu ditulis pada Selasa subuh, 11 April 1815. Bunyi lain bagian penutup hikayat kuna itu, menceritakan sebagai berikut;
“Demikianlah adanya itu, yaitu pecah Gunung Tambora menjadi habis mati orang Tambora dan Pekat pada masa Raja Tambora bernama Abdul Gafur dan Raja Pekat bernama Muhammad.”
Kronik itu dikutip sejarahwan asal Prancis, Henry Chambert-Loir ketika menyusun buku Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah (2005).
Hari ini, 204 tahun lalu, letusan super dahsyat Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dimulai. Bumi bergemeletar menakutkan pada hari itu, Kamis, 5 April 1815.
Antropolog Belanda, Bernice de Jong, secara apik meruntutkan kisah itu dalam buku “Letusan Gunung Tambora 1815 (Ombak, 2012)”.
Dahsyatnya Letusan Gunung Tambora Menyebabkan Hujan Lebat di Seantero Eropa
Gunung raksasa itu mulai menyemburkan batu kerakal, kerikil, batu apung, abu. Gelegar letusannya membuat gentar.
Penduduk Kerajaan Pekat, Tambora, dan Sanggar belum menyadari maut mengintai mereka. Letusan pertama hari itu menjadi tembakan salvo yang mengawali rangkaian ledakan mematikan berikutnya.
Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles (Inggris) yang berkuasa di Nusantara waktu itu mencatat secara baik kejadian yang menyertai letusan Tambora.
“Letusan-letusan itu terdengar dari berbagai penjuru angin,” tulis Raffles di Batavia, merangkum laporan para residennya di berbagai daerah pada September 1815.
“….on the night of the 10th, the explosion become truly tremendous, frequently shaking the earth an sea violently,” tulis Raffles. Cerita belum berakhir. “…on the night of the 11th, the explosion…have been most terrific.”
Laporan itu dirangkum lima bulan setelah Tambora mengamuk. Namun menjadi data sejarah tertulis paling sahih dan runtut yang pernah ada.
Jejak Peradaban dalam Peringatan 200 Tahun Letusan Gunung Tambora
Pada mulanya, ledakan-ledakan mengerikan itu dianggap bagian dari peperangan. Terutama yang didengar di Surabaya, Solo, Yogya, Bengkulu, Bangka, Makassar, dan Ternate.
Pasukan kolonial disiagakan, dan beberapa residen mengirimkan patroli untuk memeriksa situasi di front terdepan karena menduga ada serangan meriam musuh.