Kebaya Menari, Pengejawantahan Bhinneka Tunggal Ika
Gelaran itu dipentaskan di Aula KBRI Takhta Suci, Roma, KBRI Takhta Suci di Aula KBRO Takhta Suci Roma.
Mereka menggunakan tarian sebagai media untuk mengedukasi masyarakat luas--kaum ibu dan kaum muda puteri--tertarik mengenakan kebaya; berbusana kebaya.
Kebaya yang hadir dari masa lalu dan lestari hingga masa kini, bukan sekadar pakaian. Melainkan simbol dari nilai-nilai kehidupan dan identitas budaya.
Sebab, kebaya memiliki nilai-nilai luhur yang melekat di dalamnya. Selain itu, kebaya dimaknai sebagai kesederhanaan, kesabaran, keanggunan, dan penghormatan pada budaya.
Untuk melestarikan kebaya sebagai pakaian nasional, pemerintah menetapkan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional.
Komunitas Kebaya Menari memilih tarian sebagai media edukasi. Dengan tarian, edukasi lebih hidup dan menarik. Sehingga masyarakat awam lebih tertarik untuk mengenal kebaya lebih jauh. Dan, pada akhirnya, jatuh hati pada kebaya, serta mengenakannya tidak seperti dahulu hanya dalam acara-acara resmi saja, seperti perkawinan atau wisuda, tapi juga dalam keseharian, semisal ke kantor.
Tarian sebagai Media
Tarian yang dipentaskan di KBRI Takhta Suci, antara lain tari Legong Bapang Durga (Bali), representasi agama Hindu. Dalam sejumlah tulisan, termasuk jurnal ilmiah, Tari Legong Bapang Durga, disebut sebagai tari klasik. Tarian ini pada tahun 1933 ditarikan oleh Ni Ketut Polok, seorang penari legendaris palegongan dari Kelandis, Denpasar yang menikah dengan Le Mayeur–seorang pelukis dari Belgia.
Tarian ini, sarat makna. Antara lain, menggambarkan karakter ketegasan dan ketangkasan dari gerak legong yang tersirat dalam bentuk bapang. Kata "Durga" bagi masyarakat Hindu, mengacu pada nama istri Dewa Siwa.
Durga juga dikenal dengan nama Uma atau Parwati. Durga adalah ibu dunia; yang bertugas melindungi manusia dari kesulitan yang ditimbulkan oleh serangan musuh atau orang jahat. Dewi Durga disebut sebagai ibu alam semesta. Sebab, ia merupakan perwujudan dari kasih sayang serta kelembutan.
Di berbagai kebudayaan, Durga digambarkan memiliki beraneka wujud dan rupa. Di India, misalnya, ia biasanya digambarkan sebagai wanita cantik berkulit kuning yang menunggangi seekor harimau. Durga digambarkan memiliki banyak tangan yang memegang senjata berbeda, hadiah dari para dewa.
Maka tarian Legong Bapang Durga yang begitu atraktif--gerak kaki, tangan, jemari hingga sudut mata--sangat membuat penonton kagum. Tarian ini, menyampaikan nilai-nilai budaya, nilai-nilai kehidupan, dan mitologi.
Selain tari Legong Bapang Durga, ditampilkan juga tari Bedhaya Ura-ura (Jawa,), representasi agama Katolik, dan Tari Zatin (Sumatera) representasi agama Islam. Tari Bedhaya pada awalnya difungsikan untuk sebuah pertunjukan atau ritual. Tari Bedhaya Ketawang, misalnya, merupakan jenis tarian kebesaran yang memiliki nilai kesakralan tinggi dan hanya dipentaskan dalam momen-momen istimewa seperti penobatan serta peringatan naik takhta raja di lingkungan Kesunanan Surakarta.
Karena itu, tarian ini memiliki tempat khusus di hati masyarakat maupun keluarga keraton karena dianggap suci dan sarat makna spiritual.
Asal mula tarian ini berkaitan dengan pengalaman spiritual Sultan Agung saat menjabat sebagai penguasa Kesultanan Mataram pada tahun 1613 hingga 1645.
Namun, di era kontemporer seperti saat ini, bedhaya sudah tidak lagi selalu dikaitkan dengan prosesi ritual melainkan hiburan dalam sebuah pertunjukan. Meskipun ditarikan secara gemulai oleh tujuh perempuan penari, tetapi suasana meditatif masih sangat terasa, karena iringan gamelan minimal. (KBRI TAKHTA SUCI)
| Misa Pertama di Basilika St Petrus Setelah 75 Tahun Hubungan Diplomatik |
|
|---|
| Ziarah ke Roma? Ini Ajakan Dubes RI Untuk Tahta Suci bagi Peziarah |
|
|---|
| Dubes Australia Temui Sri Sultan HB X, Dorong Kerja Sama Pendidikan dan Pariwisata Yogyakarta |
|
|---|
| Pemerintah Sudah Kirim Daftar Calon Dubes di DPR, Kekosongan 12 Pos Kedubes Bakal Segera Terisi |
|
|---|
| Ini Cincin Sakral Yang Akan Dipakai Paus Leo XIV Selama Masa Kepausannya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.