Mengenal Baju Adat Toraja, Dayak Ngaju, Baduy Dalam, Nias Selatan, Asmat 

Baju adat Nusantara bukan hanya sakadar pakaian tradisional, melainkan sebagai cerminan filosofi yang mendalam

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Pinterest.com
Baju Adat Papua Barat 

Baju ini yang hanya dipakai dalam upacara besar, mencerminkan nilai Nias tentang hierarki sosial yang adil, relevan dengan dinamika masyarakat kontemporer.

5.      Baju Adat Asmat 

Baju adat papua barat
Baju Adat Papua Barat

Di Papua Barat, baju adat Asmat untuk pria adalah koteka atau penutup alat kelamin dari kulit kayu dengan ukiran motif kepala manusia, sementara wanita mengenakan rok serat sagu dan kalung cangkang. 

Banyak yang mengenalnya sebagai elemen eksotis, tetapi filosofinya adalah bisj pole, di mana baju ini menjadi medium untuk memanggil roh leluhur dalam ritual perburuan dan perang.

Makna unik yang tersembunyi adalah bahwa ukiran kepala pada koteka melambangkan siklus kelahiran ulang, di mana setiap garis melambangkan cerita perjuangan leluhur melawan alam ganas.

Rok serat sagu wanita merepresentasikan pohon kehidupan yang menghubungkan generasi, sebuah simbol yang jarang diketahui sebagai bentuk terapi spiritual untuk mengatasi trauma kolonial. 

Baju ini, dibuat secara ritual dan mengajarkan Asmat tentang resiliensi, di mana seni ukir bukan hiasan, melainkan jembatan ke dunia gaib.

Kelima baju adat ini bukan hanya warisan visual, melainkan repositori pengetahuan filosofis yang mendalam tentang eksistensi manusia. 

Di era digital yang serba cepat, pemahaman akan makna tersembunyi ini menjadi kunci pelestarian identitas bangsa. 

Mari kita jaga agar filosofi unik ini tidak hilang ditelan zaman. (MG Awega Yunita Sara)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved