Berita Klaten
Padi Varietas Rojolele Srinuk Berpotensi Jadi Primadona Baru Petani Klaten
Kelompok tani Desa Prawatan memulai panen padi varietas unggulan Rojolele Srinuk dengan tradisi wiwitan sebagai bentuk syukur
Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Ringkasan Berita:
- Padi Varietas Rojolele Srinuk Lebih Pulen dan Wangi
- Harga Lebih Tinggi Daripada Varietas Inpari 32
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kelompok tani Desa Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mulai memanen padi varietas Rojolele Srinuk pada Kamis, 30 Oktober 2025.
Panen padi diawali dengan tradisi wiwitan yang ditandai dengan makan bersama nasi trancam, lauk ikan asin, dan peyek sebagai ungkapan rasa syukur petani kepada Allah SWT.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Jogonalan, Nanang Nuriawan, mengungkapkan bahwa terdapat total dua hektare lahan sawah yang ditanami padi varietas Rojolele Srinuk di Desa Prawatan dan Desa Kraguman, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Lahan tersebut merupakan lahan percontohan atau demplot BPP Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten yang dibiayai menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) nonfisik.
“Di Desa Prawatan terdapat tiga titik lahan yang dijadikan demplot. Kemarin satu titik sudah kami panen, dan hari ini (30 Oktober 2025) kami panen titik kedua. Varietasnya adalah varietas andalan Kabupaten Klaten, yakni padi Rojolele Srinuk yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten. Seluruh biaya saprodi, mulai dari benih hingga pemanenan, menggunakan DAK nonfisik Kabupaten Klaten,” jelas Nanang saat ditemui di lokasi.
Hasil Panen Gabah
Nanang menyebutkan bahwa lokasi pertama demplot padi Rojolele Srinuk di Desa Prawatan memiliki luas patok sebesar 2.200 meter persegi.
Dari lokasi tersebut, pihaknya berhasil memanen gabah kering panen sebanyak 1.533 kilogram atau 1,53 ton.
Hasil panen tersebut dibeli dengan harga Rp7.000 per kilogram, sehingga kelompok tani memperoleh hasil penjualan sekitar Rp9 juta, meskipun sebagian gabah belum dijual.
“Untuk titik yang akan dipanen, luasnya 1.200 meter persegi. Di sebelah barat, satu patok seluas 2.200 meter persegi ditanami penuh dengan Rojolele Srinuk dan saat ini juga sedang dipanen. Jika hasil ubinan di atas 5,5 kilogram, Insyaallah minimal bisa menghasilkan 1,6–1,7 ton gabah kering panen,” ujarnya.
Setelah dilakukan ubinan, hasil gabah kering panen yang diperoleh mencapai 7,1 kilogram. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan panen sebelumnya dan bahkan diklaim sebagai yang tertinggi di Kabupaten Klaten untuk kategori demplot.
Pihaknya pun optimistis bahwa hasil panen gabah kering di lokasi demplot tersebut dapat melebihi 1,6 ton.
Hasil Panen Tertinggi
- Dari lahan demplot seluas 2.200 m⊃2;, petani berhasil memanen hingga 1,53 ton gabah kering panen dengan harga jual Rp7.000/kg
Rojolele Srinuk Siap Saingi Inpari 32
- Meski sempat diragukan karena varietas wangi biasanya berproduktivitas rendah, Rojolele Srinuk justru menunjukkan hasil memuaskan dan berpotensi menjadi primadona baru di Klaten.
Baca juga: Tradisi Wiwitan Menjelang Panen Padi Rojolele Srinuk di Desa Prawatan Klaten
Lebih lanjut, Nanang menuturkan bahwa selama ini varietas padi Inpari 32 merupakan yang paling banyak ditanam dan menjadi favorit petani Desa Prawatan.
Hal ini disebabkan oleh produktivitasnya yang lebih tinggi dibandingkan Rojolele Srinuk.
Kendati demikian, jika dibandingkan dari segi harga jual, padi varietas Rojolele Srinuk lebih menguntungkan dibandingkan Inpari 32.
“Rojolele Srinuk memiliki keunggulan khusus, yaitu lebih pulen dan wangi, serta dibeli dengan harga lebih tinggi daripada Inpari 32. Dari hasil panen sebelumnya, Rojolele Srinuk dibeli Rp7.000 per kilogram, sedangkan Inpari 32 Rp6.700 per kilogram,” tuturnya.
Nanang menyebut bahwa respons petani Desa Prawatan sangat positif terhadap hasil panen padi Rojolele Srinuk di lahan demplot tersebut.
Pasalnya, varietas padi wangi tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan memberikan hasil yang memuaskan.
“Awalnya sempat ragu, karena biasanya padi varietas wangi memiliki produktivitas rendah. Namun, Alhamdulillah, hasilnya bisa bersaing dengan Inpari 32 yang menjadi primadona di Desa Prawatan,” katanya.
Pihaknya berharap semakin banyak petani di Kabupaten Klaten yang menanam padi varietas lokal unggulan tersebut. Ia berharap minimal dalam satu kelompok tani terdapat petani yang mengembangkan padi varietas Rojolele Srinuk.
“Tujuannya agar kebutuhan beras Rojolele Srinuk dapat terpenuhi, terutama bagi ASN yang diwajibkan membeli beras tersebut setiap bulan sesuai pangkat dan golongan,” tambahnya.
Ketua Kelompok Tani Desa Prawatan, Setiawan, tidak menampik bahwa secara produktivitas, padi varietas Rojolele Srinuk masih berada di bawah Inpari 32. Namun, dari segi kualitas beras dan harga jual gabah kering, Rojolele Srinuk memang lebih tinggi dibandingkan Inpari 32.
“Kalau Inpari 32, harga gabah keringnya saat ini Rp6.100, sedangkan Rojolele Srinuk Rp7.000 per kilogram. Jadi, selisihnya lumayan, Rp900,” sebutnya.
Ia membeberkan bahwa padi Rojolele Srinuk paling baik ditanam pada musim tanam kedua. Sebab, tanaman padi jenis ini cenderung lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Oleh karena itu, lebih baik ditanam saat musim penghujan ketika angin cenderung rendah. (drm)
| Tradisi Wiwitan Menjelang Panen Padi Rojolele Srinuk di Desa Prawatan Klaten |
|
|---|
| Kronologi Mobil Avanza Bernopol AB Bantul Terbalik di Persawahan Klaten |
|
|---|
| Kandang Ayam di Delanggu Klaten Terbakar, Belum Diketahui Penyebabnya |
|
|---|
| BPBD Klaten Terima Penghargaan Subroto 2025: Kategori Manajemen Mitigasi Bencana Geologi |
|
|---|
| Alasan Titik-titik Rawan Laka di Klaten Dijaga Polisi Saat Musim Hujan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.