Makna Filosofis di Balik Nasi Tumpeng: Simbol Syukur dan Kemakmuran Bangsa

Tumpeng merupakan warisan budaya masyarakat Jawa yang kental dengan makna filosofi mendalam tentang kehidupan

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Pinterest.com
Nasi Tumpeng 

Filosofi Berdasarkan Bentuk dan Warna

Setiap elemen pada nasi tumpeng memiliki arti tersendiri, mulai dari bentuk hingga pilihan warna nasi.

Bentuk kerucut atau gunungan pada nasi tumpeng memiliki makna spiritual. 

Bentuk ini menyerupai gunung yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa atau leluhur yang kemudian bergeser maknanya menjadi simbol permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Nasi yang diletakkan di puncak adalah simbol kemuliaan, kejayaan, dan sumber kehidupan yang berasal dari atas.

Selain itu, tumpeng memiliki berbagai warna dan makna tersendiri, seperti tumpeng nasi putih yang melambangkan kesucian, ketulusan, dan kemurnian. 

Umumnya digunakan untuk acara-acara sakral atau keagamaan.

Tumpeng nasi kuning melambangkan kekayaan, kejayaan, kemegahan, dan moral yang luhur. 

Nasi kuning sering disajikan dalam acara suka cita, seperti pernikahan, ulang tahun, atau peresmian.

Tumpeng nasi uduk biasanya disebut juga sebagai tumpeng tasyakuran, biasanya digunakan untuk peringatan Maulid Nabi.

Filosofi Lauk-Pauk Pendamping

Lauk-pauk yang mengelilingi nasi kerucut tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap rasa, tetapi juga mengandung ajaran hidup. 

Meskipun variasinya dapat berbeda, terdapat beberapa lauk yang memiliki makna tradisional.

Penggunaan ayam ingkung sebagai simbol kepasrahan dan pengabdian kepada Tuhan.

Ayam jantan dipilih untuk menghindari sifat-sifat negatif seperti kesombongan dan congkak.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved