Hacker Korea Utara Bobol Perusahaan Internasional untuk Danai Program Nuklir

Mereka mengatur operasi siber rahasia ini untuk membiayai riset dan pengembangan senjata nuklir.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
VICTOR HABBICK VISIONS / SCIENCE P / VHB / Science Photo Library via AFP
ILUSTRASI: Hacker atau Peretas 

TRIBUNJOGJA.COM, PYONGYANG - Kemampuan hacker Korea Utara berhasil membobol perusahaan-perusahaan asing.


Mereka lalu mencuri uang yang nilainya miliaran dolar AS untuk kepentingan proyek nuklir Korea Utara.


Hal itu terungkap dalam laporan yang diterbitkan oleh Multilateral Sanctions Monitoring Team, kelompok pemantau yang dibentuk pada tahun 2024 oleh Amerika Serikat dan 10 sekutunya untuk menilai kepatuhan Korea Utara terhadap sanksi PBB.


Dalam laporannya, organisasi tersebut menyebut bahwa pemerintah Korea Utara terlibat secara langsung dalam operasi siber  ini.


Mereka mengatur operasi siber rahasia ini untuk membiayai riset dan pengembangan senjata nuklir.


“Tindakan siber Korea Utara telah secara langsung dikaitkan dengan penghancuran peralatan komputer fisik, membahayakan nyawa manusia, hilangnya aset warga sipil, serta pendanaan untuk program senjata pemusnah massal dan rudal balistik DPRK,” tulis laporan itu, menggunakan akronim untuk nama resmi negara tersebut,Democratic People’s Republic of Korea dikutip dari Kompas.com.

Baca juga: Malam-malam, Sapi Mbah Manto Lepas lalu Terperosok ke Bak Penampungan Limbah


Para hacker itu menurut laporan, juga menggunakan mata uang kripto untuk mencuci uang dan membeli perlengkapan militer guna menghindari sanksi internasional.


Dalam menjalankan aksinya, para hacker menyasar bisnis dan organisasi asing dengan perangkat lunak berbahaya (malware) yang dirancang untuk mencuri data sensitif dan mengacaukan sistem jaringan.


Tim dari Multilateral Sanctions Monitoring Team menyebut kemampuan para hacker Korea Utara cukup mumpuni, bahkan setara dengan China dan Rusia.


Negara di Semenanjung Korea itu telah menginvestasikan sumber daya besar untuk mengembangkan kemampuan serangan sibernya.


“Berbeda dengan China, Rusia, atau Iran, Korea Utara memfokuskan kemampuan sibernya untuk mendanai pemerintahannya,” tulis laporan tersebut.


“Serangan siber dan pekerja palsu digunakan untuk mencuri dan menipu perusahaan serta organisasi di seluruh dunia.”


Awal tahun ini, peretas yang terhubung dengan Korea Utara melakukan salah satu pencurian kripto terbesar dalam sejarah, mencuri aset senilai 1,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 24 triliun) dalam bentuk ethereum dari platform Bybit.


FBI kemudian menautkan peretasan itu dengan kelompok yang bekerja untuk dinas intelijen Korea Utara.


Selain itu, otoritas federal Amerika juga menuduh ribuan pekerja teknologi informasi (TI) di perusahaan-perusahaan AS sebenarnya adalah warga Korea Utara yang menggunakan identitas palsu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved