Wayang Cinema: Revolusi Sinematik Menghidupkan Tradisi Bagi Generasi Muda
Tujuannya satu agar wayang mampu bersaing dengan hiburan digital seperti televisi dan internet yang kini mendominasi keseharian kita.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
“Ini (wayang) bisa mendidik tanpa kesan menggurui,” sebutnya, Kamis, (20/11/2025).
Menurutnya, emosi yang dibawa dalam cerita, membuat penonton terhanyut dan merasa relevan, akan mampu membangun kesadaran sedikit demi sedikit.
“Setidaknya ada potongan-potongan dalam kisah pewayangan yang relevan dengan keadaan dan membuat penonton mengingat kembali realitasnya,” ujar Riky, Kamis, (20/11/2025).
Wayang Cinema membuktikan bahwa kolaborasi antara tradisi luhur dan teknologi modern bukanlah hal yang mustahil.
Dengan menjadikan wayang sebagai "sinema", mereka tidak sedang merusak tradisi. Justru, mereka sedang menyelamatkannya dengan cara meletakkannya di tempat yang paling relevan dengan zaman, di titik temu antara seni, teknologi, dan realitas kehidupan manusia modern.
Refleksi Realitas Dunia Global
Riky mengungkap sebuah perspektif menarik yang membawa Wayang Cinema lebih dari sekadar tontonan visual.
Ia menyoroti pengalaman mereka saat membawa karya ini ke panggung internasional, khususnya saat tampil di Yangtze River Art Festival di Wuhan, China dan lokakarya di salah satu perguruan tinggi di Singapura.
Di kedua negara maju tersebut, Wayang Cinema tidak sekadar tampil sebagai "barang antik" dari Pulau Jawa, Indonesia. Riky menekankan bahwa Wayang Cinema berhasil menjadi media untuk merefleksikan realitas.
Apa maksudnya? Di China dan Singapura, penonton mungkin tidak mengerti bahasa Jawa.
Namun, karena Wayang Cinema menggunakan bahasa visual "sinematografi" seperti permainan sudut pandang, pencahayaan dramatis, dan potongan adegan yang cepat pertunjukan ini menjadi bahasa universal.
Wayang tidak lagi hanya menceritakan dewa-dewa di kayangan yang jauh, tetapi mampu memotret emosi dan realitas kehidupan yang relevan dengan penonton global.
Bayangan di layar bukan lagi sekadar mitos, melainkan cermin kehidupan.
Melalui teknik pencahayaan multimedia yang canggih, Wayang Cinema mampu memvisualisasikan konflik, kesedihan, dan semangat kepahlawanan yang bisa dirasakan langsung oleh penonton di Wuhan maupun Singapura, seolah-olah mereka sedang melihat refleksi kehidupan mereka sendiri di atas kelir.
Wayang Cinema adalah bukti bahwa bayang-bayang leluhur masih memiliki tempat yang gagah di era digital, mampu bercerita tidak hanya kepada masyarakat lokal, tetapi juga kepada dunia global. (MG|Axel Sabina Rachel Rambing).
Baca juga: 80 Nama-Nama Tokoh Wayang Mahabarata, Kebudayaan Indonesia yang Perlu Diketahui
| Perjalanan Riky ‘Bumi Gede’ Dalang Muda Yogyakarta Menjaga Tradisi Wayang |
|
|---|
| Bank Sampah Pa-Q-One Hadirkan Inovasi Wayang Upcycle Dari Botol Bekas |
|
|---|
| Kisah Guru SMA di Klaten Manfaatkan Limbah Plastik untuk Bikin Wayang Kresek Bernilai Ekonomi |
|
|---|
| Tokoh Pewayangan yang Bakal Diusung pada Wayang Jogja Night Carnival 2022 Malam Ini, Catat Waktunya |
|
|---|
| 60 Atlet Ramaikan Girisembung Paralayang Wisata di Kulon Progo dengan Gunakan Kostum Pewayangan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Wayang-Cinema.jpg)