Retakan Tanah Panjang 10 Meter Muncul di Sompok Imogiri, Warga Diminta Mengungsi Malam Hari

Retakan terbaru di lajur selatan berbatasan langsung dengan aliran Sungai Oya. Lokasi ini berada di satu jalur dengan titik jalan putus

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
Dok. Polres Bantul
RETAKAN TANAH: Foto dok titik longsor atau tanah amblas di jalur Wisata Srikeminut, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri. Masih di jalur yang sama, Retakan sepanjang 10 meter muncul di Padukuhan Sompok, Imogiri. 

Ringkasan Berita:
  • Retakan sepanjang 10 meter memaksa beberapa keluarga Warga Padukuhan Sompok, Imogiri, Bantul, tidur di rumah relokasi atau kerabat.
  • Retakan terbaru berada di lajur selatan yang berbatasan langsung dengan aliran Sungai Oya, satu jalur dengan titik jalan putus di Padukuhan Wunut yang amblas pada Jumat (21/11/2025).
  • Dukuh Sompok, Triyono, mengatakan gejala keretakan muncul sejak sekitar sepekan terakhir. Diketahui Sompok memang memiliki riwayat tanah labil sejak lama.

 

TRIBUNJOGJA.COM - Warga Padukuhan Sompok, Imogiri, kembali dihantui gejala tanah labil. Retakan sepanjang 10 meter memaksa beberapa keluarga tidur di rumah relokasi atau kerabat, sementara jalan utama harus dilintasi bergantian karena potensi amblas.

Retakan terbaru berada di lajur selatan yang berbatasan langsung dengan aliran Sungai Oya.

Lokasi ini berada di satu jalur dengan titik jalan putus di Padukuhan Wunut yang amblas pada Jumat (21/11/2025), hanya beberapa puluh meter di sebelah barat. Garis polisi dan papan peringatan telah terpasang di titik rawan tersebut.

Dukuh Sompok, Triyono, mengatakan gejala keretakan sebenarnya sudah muncul sejak sekitar sepekan terakhir. Namun kepanikan warga meningkat setelah insiden putusnya jalan Wunut.

“Yang memicu ramai itu karena setelah jalan Wunut putus, warga Sompok, terutama RT 6, khawatir retakan yang ada akan berkembang menjadi putus seperti Wunut,” ujarnya, Sabtu (22/11/2025).

Triyono menjelaskan, wilayah Sompok memang memiliki riwayat tanah labil sejak lama.

Beberapa rumah pernah direlokasi akibat tanah amblas, namun sebagian warga kembali menempati rumah lama karena merasa nyaman tinggal di lokasi tersebut.

“Dulu juga sudah pernah ambles. Warga pindah, sudah disiapkan relokasi, tapi tetap dipakai lagi,” tambahnya.

Retakan kali ini berada dekat jalur lama Mojorowunut, yang kini tercatat sebagai jalan jembatan gantung dan secara administratif masuk wilayah Padukuhan Wunut.

19 jiwa mengungsi

Untuk mengantisipasi risiko terburuk, delapan rumah dengan total 19 jiwa diminta tidak bermalam di rumah masing-masing.

“Disarankan kalau malam tidur di rumah relokasi atau ke rumah orang tua. Siang mereka kembali beraktivitas seperti biasa,” kata Triyono.

Dari delapan keluarga tersebut, empat keluarga memiliki rumah relokasi sehingga hanya berpindah saat malam hari, dua keluarga menumpang ke rumah kerabat, dan satu keluarga sedang mudik ke Semarang.

Triyono menegaskan warga tidak mengungsi ke barak atau posko. “Ngungsinya mandiri di rumah masing-masing yang aman,” ujarnya.

Triyono berharap retakan tidak berkembang menjadi longsor besar seperti di Wunut yang mengisolasi tiga RT.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved