Diskusi Buku

Dari Gorontalo untuk Republik: Kisah Ajoeba Wartabone dan Kesetiaan pada Republik

peluncuran dan diskusi buku Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Perjuangan Menuju Indonesia

Tribunjogja.com/Istimewa
Diskusi buku Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Perjuangan Menuju Indonesia Bersatu, Sabtu (1/11/2025). Acara ini menghadirkan pandangan lintas generasi tentang peran Ajoeba Wartabone dalam menjaga persatuan Indonesia di masa awal kemerdekaan. 

Ringkasan Berita:Peluncuran buku biografi Ajoeba Wartabone menyoroti peran Gorontalo dalam menjaga kesatuan Indonesia di masa awal kemerdekaan, dengan fokus pada sikap kritis Ajoeba terhadap sistem federal bentukan kolonial dan komitmennya pada Republik Indonesia melalui ungkapan ikonik “Sekali ke Djokja, Tetap ke Djokja

 

Tribunjogja.com --- Nama Ajoeba Wartabone kembali disorot sebagai simbol kesetiaan pada Republik di masa awal kemerdekaan. Melalui peluncuran dan diskusi buku Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Perjuangan Menuju Indonesia Bersatu, publik diajak menengok kembali peran Gorontalo dalam menjaga persatuan Indonesia di tengah upaya pecah-belah pascakemerdekaan.

Acara ini menghadirkan Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U. (sejarawan Bali), Basri Amin, S.Sos., M.A. (penulis buku, dosen, dan peneliti), serta Isabella Roberts, ACA, M.Sc. (peneliti partisipasi publik dari Inggris). Diskusi dipandu oleh Maruschka Niode dan dimoderatori Amanda Katili pada Sabtu (1/11/2025).

Menurut Amanda Katili, acara ini menjadi sarana refleksi untuk menengok kembali kontribusi daerah dalam pembentukan Indonesia modern—sebuah narasi yang selama ini jarang muncul dalam ruang publik nasional.

“Kegiatan ini mengajak publik menengok kembali kontribusi daerah dalam pembentukan Indonesia modern, narasi yang jarang mendapat panggung nasional,” ujar Amanda.

Sementara itu, Ni Wayan Wahyuni, dosen FISIP Universitas Udayana yang hadir bersama sejumlah mahasiswa, menilai diskusi tersebut membuka ruang bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat fragmen perjuangan dari berbagai daerah di Indonesia.

“Acara diskusi buku ini menambah wawasan generasi muda tentang perjuangan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dalam upaya mencapai kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Kisah Ajoeba Wartabone, an unsung hero dari Gorontalo, mengingatkan kita pada fragmen sejarah yang kerap terabaikan dalam narasi perjuangan nasional. Diskusi ini membuka khazanah pemikiran lintas generasi,” tutur Wahyuni.

Buku biografi setebal 450 halaman berjudul Ajoeba Wartabone (1894–1957). Sekali ke Djokja Tetap ke Djokja. Biografi Gagasan dan Kepemimpinan dari Gorontalo untuk Indonesia Bersatu (Diomedia, 2025) menjadi pokok bahasan dalam kegiatan ini. 

Karya tersebut menelusuri perjalanan gagasan dan kepemimpinan Ajoeba melalui riset arsip dalam dan luar negeri, termasuk upayanya membangun pendidikan, kesehatan, infrastruktur, serta diplomasi lokal di masa awal Republik.

Lewat pendekatan historis dan dokumenter, buku ini berupaya menempatkan Indonesia Timur sebagai bagian integral dari narasi besar kebangsaan. 

Salah satu kisah penting yang diangkat adalah peran Ajoeba dalam Konferensi Denpasar 1946, forum bentukan Belanda yang bertujuan membentuk sistem federal di Indonesia Timur. 

Dalam forum itu, Ajoeba tampil kritis terhadap upaya pecah-belah dan menegaskan pentingnya menjaga kesatuan dari dalam struktur negara bagian.

Baca juga: Menapaki Jejak Gempa Bantul 2006 Bersama Geotrek Jogja di Sesar Opak

Sikap tersebut berpuncak dalam Sidang Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) di Makassar tahun 1947, ketika Ajoeba menyatakan kalimat yang kemudian dikenal luas:

“Sekali ke Djokja, Tetap ke Djokja.”

Ungkapan itu menjadi simbol kesetiaan pada Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta sekaligus penolakan terhadap sistem federal bentukan kolonial.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved