Limbah Kain Disulap Jadi Boneka, Serunya Anak-anak Belajar di Teman Perca di Yogyakarta
Beberapa anak terlihat ada yang diam karena kebingungan, namun ada juga yang nampak sudah mahir dan asyik mengerjakan.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Apa yang dapat anak-anak lakukan dengan kain perca? Ternyata di tangan mereka benda tak terpakai itu dapat menjadi boneka impian.
Pagi itu, Tori, bocah perempuan berusia sebelas tahun, datang bersama ibunya ke sebuah ruangan persegi panjang yang penuh buku, mainan, dan suvenir warna-warni.
Mahren, Rere, dan Alesa sudah tiba lebih dulu dengan membawa kain percanya masing-masing.
Mereka adalah peserta Workshop Teman Perca Yogyakarta, kegiatan kolaborasi antara Gulali Festival dan Toko Gumi yang berlokasi di Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada 18 Oktober 2025.
Sambil menunggu teman-teman lain datang, mereka tampak asyik membuka buku interaktif yang bisa menampilkan bentuk-bentuk lucu di atas halamannya.
Begitu sekitar sepuluh anak berusia di bawah dua belas tahun sudah berkumpul, Aphrodita Wibowo (40), seniman yang akrab disapa Kak Cemprut langsung memulai kegiatan.
Dari depan ia menjelaskan bahwa membuat boneka dari kain perca merupakan salah satu cara menunjukkan kepedulian terhadap barang yang sudah tidak terpakai.
Beberapa anak pun mengungkapkan asal muasal dari kain perca mereka. Ada yang dari baju maupun celana yang sudah kekecilan, ada pula dari sisa-sisa kain dari bekas ibunya menjahit.
“Kalian boleh membentuk apa saja sesuai imajinasi, tapi tantangannya harus ada bagian yang berbentuk lingkaran,” ujar Aphrodita membuka kegiatan.
 
Anak-anak pun segera mengambil kertas dan pensil yang telah dibagikan, lalu menggambar desain boneka impian mereka. Ada yang membuat kuda poni, manusia salju, kucing, hingga es krim.
Setelah itu, mereka memindahkan pola ke karton tebal, mengguntingnya dengan hati-hati, lalu menempelkan kain perca menggunakan lem.
Setiap potongan kain disisakan sedikit di pinggir, sekitar satu hingga dua sentimeter, untuk dilipat dan dirapikan ke bagian belakang.
Tahap Demi Tahap
Proses pengerjaan tahap demi tahap tesebut tidaklah mudah. Beberapa anak terlihat ada yang diam karena kebingungan, namun ada juga yang nampak sudah mahir dan asyik mengerjakan.
Dengan sabar, Aphrodita membantu anak-anak yang kesulitan.
Tahap terakhir adalah menghias dengan renda, kancing bekas, dan potongan kain warna-warni yang disulap menjadi mata, pita, dan aksesori mungil.
Dari tangan-tangan kecil itu, kain perca yang tak lagi terpakai kini berubah menjadi boneka penuh karakter dan imajinasi.
Tori sendiri berhasil membuat boneka berbentuk kuda poni. Dengan wajah ceria, ia menuturkan bahwa dirinya merasa sangat senang dan menikmati seluruh proses pengerjaan.
Ia juga bercerita bahwa kain perca yang ia bawa berasal dari sisa-sisa kain yang ia dapatkan dari penjahit, salah satunya adalah kain lurik yang menjadi bagian rambut dari boneka kuda poninya.
“Aku paling suka bagian menggunting karena ada suara krek krek,” imbuh Tori sambil tertawa kecil.
Aphrodita, seniman pencipta maskot Gulali Festival, menuturkan kepada Tribun Jogja bahwa hasil karya anak-anak nantinya akan dipajang pada kegiatan Festival Gulali 2025.
Festival Gulali sendiri merupakan festival seni pertunjukan internasional untuk penonton anak-anak dan keluarga yang diadakan setiap dua tahun sekali.
Tahun ini, acara tersebut diselenggarakan pada 24 hingga 26 Oktober 2025 di Yogyakarta dan menghadirkan penampil seni pertunjukan dari berbagai negara, mulai dari Indonesia, Australia, Austria, Kanada, Slovenia, hingga Belgia.
Pemilihan anak-anak sebagai peserta, menurut Aphrodita, karena mereka memiliki sifat jujur dan spontan yang jarang dimiliki orang dewasa.
Sifat-sifat lugu itu pula yang bahkan selalu menjadi inspirasi bagi Aphrodita dalam berkegiatan seni.
“Saya selalu mencoba menggunakan kacamata anak-anak,” tutur Aphrodita.
Sementara itu, Nathania Tifara Sjarief, pendiri penerbit Guru Bumi sekaligus pemilik Toko Gumi sebagai penyedia tempat, mengungkapkan bahwa acara ini menjadi sarana ruang kreatif bagi anak-anak.
Tidak hanya itu, lulusan magister dari Institut Kesenian Jakarta tersebut menilai kegiatan Teman Perca menanamkan nilai keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. (MG Sofia Natalia Zebua)
| Kura-Kura Ubah Hidup Tonny, dari Pola Tidur Berantakan ke Pengusaha Mandiri |   | 
|---|
| Dari Ngayogjazz ke Panggung Boi Akih, Cerita Perjalanan Misya Mengenal Dunia Jazz |   | 
|---|
| 7 Rekomendasi Maskara Waterproof Tahan Lama untuk Bulu Mata Lentik |   | 
|---|
| Honda Big Wing Yogyakarta Tawarkan Pengalaman Premium Bagi Pecinta Motor Besar |   | 
|---|
| Biar Aman Selamat Sampai Tujuan, Astra Motor Yogyakarta Beri Pembekalan Bikers Jelang HBD 2025 |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					![[FULL] Ulah Israel Buat Gencatan Senjata Gaza Rapuh, Pakar Desak AS: Trump Harus Menekan Netanyahu](https://img.youtube.com/vi/BwX4ebwTZ84/mqdefault.jpg) 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.