Berbagi Keterampilan Batik untuk Kemandirian Penyandang Disabilitas

Perempuan berusia 60 tahun itu mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi caranya berbagi ilmu

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
Ist
Tuliswati Sandhi saat memberikan pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) Pundong, Bantul 

TRIBUNJOGJA.COM – Setiap Rabu pagi, Tuliswati Sandhi memutar setir mobilnya dengan mantap menuju Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) Pundong, Bantul. Perjalanan sejauh 27 kilometer itu telah menjadi rutinitasnya selama lima tahun terakhir.

Pemilik usaha kain jumput Dea Modis tersebut tiba di balai sekitar pukul 08.00. Ia datang untuk mengajar membatik kontemporer, kegiatan yang kini menjadi bagian dari proses pemulihan bagi para penyandang disabilitas.

Dulu, Tuliswati menerima telepon dari seorang kawan lama yang mencari guru membatik untuk balai rehabilitasi. Tanpa berpikir lama, ia menawarkan diri.

“Saya pembatik bersertifikat, jadi saya pikir kenapa tidak saya saja yang datang,” tuturnya kepada Tribun Jogja.

Saat ditemui Tribun Jogja, Rabu (9/10/2025), perempuan berusia 60 tahun itu mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi caranya berbagi ilmu. “Apa yang saya lakukan tidak berorientasi pada keuntungan,” ucapnya.

Ketika tiba di kelas pagi itu, ia menyapa sepuluh murid dengan semangat.

“Selamat pagi, ayo ada yang pimpin doa,” katanya sambil tersenyum.

Setelah doa bersama, para murid mengambil kuas masing-masing. Mereka melanjutkan pengerjaan kain sepanjang dua meter yang sudah diberi desain dan pewarna dasar biru.

Hari itu jadwal pelajaran menutupi garis desain putih dengan lilin. Felix dan Sri tampak fokus menggoreskan kuas di atas kain.

Para siswa sedang berlatih membatik di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) Pundong, Bantul
Para siswa sedang berlatih membatik di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) Pundong, Bantul (Ist)

Di sudut ruangan, Naifa memperhatikan sambil berkomentar, “Cantik ya, apa sudah selesai?” Sementara Wahyu berhati-hati mengikuti garis dengan tangannya agar hasilnya rapi.

Di ruang sebelah, Tuliswati bersama beberapa murid laki-laki menunggu petugas menghubungkan gas ke kompor. Mereka akan merebus dan membilas kain dari pertemuan sebelumnya.

Semua bekerja sama dengan telaten. Dwi menjemur kain hasil rebusan dengan rapi setelah selesai.

Di halaman, kain berwarna merah, hijau, biru, dan ungu tergantung berjajar di bawah matahari.

Tuliswati memandangi hasil karya murid-muridnya dengan bangga. “Yang hijau ini lumayan,” ujarnya sambil tersenyum.

Dengan kemampuan dan cara belajar yang berbeda-beda, setiap murid menunjukkan keunikan dalam menafsirkan motif batik.

Tuliswati menyesuaikan cara mengajar agar mereka mudah memahami. “Saya harus memberi contoh dengan memegang tangannya,” kenangnya.

Ada murid yang cepat menguasai teknik, ada juga yang lebih pelan. “Ada yang kalau membatik tangannya sudah luwes, tidak mau berhenti,” tambahnya.

Bagi Tuliswati, pengalaman mengajar di balai ini penuh makna. Setiap kali murid-muridnya lulus, mereka datang memeluk dan mengucapkan terima kasih.

Momen seperti itu selalu membuatnya tersentuh. Namun ada kalanya ia merasa haru ketika mendengar kabar ada murid yang tidak bisa pulang saat Lebaran.

 “Saya paling terharu kalau saat Lebaran ada yang tidak punya orang tua atau tidak diakui keluarganya,” ucapnya.

Suasana kekeluargaan menjadi hal yang paling ia syukuri. Di tempat ini, mereka saling menjaga dan berbagi kebahagiaan.

Kepala bidang rekam medis BRTPD Pundong, Wiratma, menjelaskan bahwa lembaga ini memberikan layanan fisioterapi dan perawatan dasar bagi penyandang disabilitas fisik, intelektual, maupun mental dari berbagai usia.

“Membuat karya seni batik bersama Bu Tuliswati ini adalah bagian dari proses pemulihan bersama,” jelasnya.

Di akhir perbincangan, Tuliswati mengungkapkan harapannya agar murid-muridnya bisa hidup mandiri dan berkarya di dunia batik. Ia ingin melihat mereka menjadi pembatik hebat atau bekerja di perusahaan batik.

“Sayangnya, tidak semua perusahaan memiliki fasilitas yang aksesibel bagi penyandang disabilitas,” katanya. (MG Sofia Natalia Zebua)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved