Deretan Kasus Keracunan MBG di Wilayah DIY, Pemda Perkuat Sistem Pengawasan dan Langkah Antisipasi
Pemda DIY memperkuat sistem pengawasan dan meningkatkan kompetensi petugas dapur melalui pelatihan dan perjanjian kerja sama antara SPPG dan Sekolah
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sederet kasus keracunan diduga akibat menu Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di wilayah DIY dalam beberapa bulan terakhir.
Terbaru, kasus keracunan massal yang menimpa siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta menjadi peringatan serius bagi Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebagai tindak lanjut, pelatihan bagi penjamah makanan di dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan digencarkan guna memastikan keamanan dan kelayakan konsumsi makanan bagi siswa di seluruh sekolah.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, mengatakan Pemda DIY kini memperkuat sistem pengawasan serta meningkatkan kompetensi para petugas dapur melalui pelatihan dan perjanjian kerja sama antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan pihak sekolah.
“Kami berupaya mengantisipasi kejadian keracunan melalui inisiasi perjanjian SPPG dengan pihak sekolah,” ujar Ni Made saat dikonfirmasi, Minggu (19/10/2025).
“Perjanjian ini menjadi dasar tanggung jawab dan standar kerja sama agar setiap proses penyediaan makanan bagi siswa benar-benar memenuhi aspek higienitas dan keamanan,” imbuhnya.
Ia menuturkan, perjanjian tersebut bahkan telah diberlakukan beberapa hari sebelum insiden keracunan di SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Dalam kesepakatan itu, pihak SPPG memiliki tanggung jawab menyediakan makanan bergizi seimbang yang sesuai kebutuhan nutrisi siswa, sekaligus memastikan seluruh proses pengolahan makanan berjalan sesuai standar higienitas yang ketat.
Prosedur Ketat
Prosedur tersebut mencakup pemilihan bahan baku, pengolahan, pendistribusian, hingga penyajian makanan.
Setiap tahap wajib mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
Selain itu, Koordinator SPPG diwajibkan menyampaikan laporan rutin kepada Ketua Satuan Tugas (Satgas) MBG setiap pekan.
“Kami memberikan syarat bagi Koordinator SPPG untuk melaporkan secara rutin seminggu sekali kepada Ketua Satgas,” ujarnya.
“Kami juga mewajibkan adanya informasi tidak hanya soal kandungan gizi, tetapi juga waktu layak konsumsi dari makanan yang disediakan,” lanjutnya.
Selain pelaporan berkala, pengawasan juga mencakup seluruh operasional dapur, mulai dari pemorsian dan pengemasan hingga distribusi makanan ke sekolah.
Makanan yang disalurkan wajib tepat jumlah, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat sasaran, disertai lembar kontrol berisi informasi nilai gizi serta batas waktu konsumsi.
“Indikasi pelanggaran oleh SPPG bisa kami tindak apabila perjanjian kerja sama sudah diterapkan, tetapi masih ditemukan ketidaksesuaian dalam pelaksanaan,” kata Ni Made.
Pelatihan dan Pengawasan
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Ahmad Akhadi, menyampaikan bahwa percepatan pelatihan penjamah makanan akan menjadi fokus utama dalam waktu dekat.
Pelatihan ini diarahkan agar seluruh pekerja dapur SPPG memahami prinsip pengolahan makanan sehat dan higienis sesuai standar kesehatan lingkungan.
“Kami akan mendorong percepatan pelatihan bagi petugas penjamah makanan yang bertanggung jawab di dapur MBG,” kata Ahmad.
“Selain itu, kami juga mendorong dilakukannya supervisi pengawasan secara terus-menerus agar mutu pangan dan higienitas dapur tetap terjaga,” imbuh dia.
Ia menambahkan, pengawasan terhadap dapur MBG akan diperkuat melalui Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) yang mencakup pemeriksaan media lingkungan di fasilitas pengolahan makanan.
Proses ini dilakukan dengan pengambilan sampel air, pengecekan kebersihan peralatan masak, wadah makanan, alat pengolahan, hingga tahapan pengepakan dan distribusi.
“Sekarang ini SPPG dalam waktu dekat harus melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan,” imbuhnya.
“Kami juga sedang mengupayakan percepatan penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi seluruh SPPG agar kualitas dan keamanan makanan benar-benar terjamin,” katanya.
Melalui langkah-langkah tersebut, Pemda DIY menegaskan komitmennya untuk memperbaiki sistem pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis secara menyeluruh.
Harapannya, setiap dapur pengolahan makanan di sekolah dapat memenuhi standar higienitas tinggi dan mencegah kembali terjadinya kasus keracunan yang merugikan peserta didik.
Kasus Keracunan MBG di DIY
Peristiwa dugaan keracunan makanan dari program MBG yang menimpa ratusan siswa SMAN 1 Yogyakarta bukan yang pertama kali terjadi di wilayah DIY.
Sebelumnya, beberapa kasus serupa juga telah terjadi di sejumlah sekolah yang menerima program MBG ini.
Di Kulon Progo, keracunan massal menimpa 497 pelajar dari dua Sekolah Dasar dan SMP pada akhir Juli 2025 lalu.
Pada 13 Agustus 2025, kasus keracunan massal program MBG terjadi di Sleman yang menimpa ratusan pelajar dari empat SMP di wilayah Mlati.
Total ada 379 orang yang mengalami keracunan massal, dimana sebanyak 18 orang harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Masih di bulan yang sama, kasus dugaan keracunan MBG terjadi di wilayah Berbah, Sleman.
Kali ini terjadi di SMP Negeri 3 Berbah, dimana jumlah korban bergejala berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan tercatat ada 137 orang.
Dari jumlah tersebut, 135 di antaranya adalah siswa, dan dua orang lainnya adalah guru di sekolah itu.
Pada bulan September 2025, sejumlah 5 orang siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Wonosari (MTsN Wonosari) atau MTsN 4 Wonosari di Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (3/9/2025).
Dan di bulan yang sama, kasus dugaan MBG juga terjadi di wilayah Semin, Gunungkidul.
Dalam kasus tersebut, 19 siswa di Kalurahan Padanan, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, diduga mengalami keracunan usai menyantap makanan dari program makanan bergizi gratis (MBG), Senin (15/9/2025).
Lalu pada bulan Oktober, kasus dugaan keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi di Kabupaten Gunungkidul.
Kali ini, enam murid SD Piyaman 3 Wonosari harus dilarikan ke RSUD Wonosari setelah mengalami mual dan muntah usai mengonsumsi menu MBG pada Jumat (3/10/2025).
Dan yang terbaru, terjadi di wilayah Kota Yogyakarta yang menimpa para siswa dari SMAN 1 Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
Total, 97 siswa dari dua sekolah tersebut mengalami gejala serupa usai menyantap MBG dari SPPG yang sama.
( tribunjogja.com )
| Pemda DIY Tata Rantai Pasok MBG, Dorong Koperasi Desa Merah Putih Jadi Pemasok |
|
|---|
| Terungkap! Bakteri Ecoli jadi Penyebab Keracunan 237 Siswa di Bantul |
|
|---|
| Harga Emas Antam, Galeri24 dan UBS Hari Ini Selasa 18 November 2025 |
|
|---|
| Harga Emas Hari Ini Selasa 18 November 2025 |
|
|---|
| Hudono dan Wisnu Berkompetisi di Konferensi Provinsi PWI DIY |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Kunci-Efektivitas-Program-Makanan-Bergizi-Gratis-Bahan-Lokal-dan-Evaluasi-Terukur.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.