Kuliner Hidden Gem di Bantul: Menikmati Perpaduan Udara, Kicauan Burung dan Menu Tradisional

Lokasi itu dapat ditemui di warung kuliner Gubuk Watu Adeg yang berada di Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Tribun Jogja/ Neti Istimewa Rukmana
BERSANTAI - Sejumlah masyarakat menikmati kuliner di Gubuk Watu Adeg, Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (12/10/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Udara segar, pemandangan terasering sawah, sungai, perbukitan, kicauan burung dan menu masakan tradisional, menjadi perpaduan sempurna untuk masyarakat yang ingin menyegarkan pikiran atau menghindari hiruk pikuk perkotaan sambil menikmati kuliner.

Lokasi itu dapat ditemui di warung kuliner Gubuk Watu Adeg yang berada di Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Lokasi itu berjarak sekitar 30 menit dari Kabupaten Bantul kota atau bahkan sekitar lima menit dari Kebun Buah Mangunan.

Owner Gubuk Watu Adeg, Triati, mengatakan lokasi tempat kuliner tersebut tergolong baru.

Di mana, proses launching berlangsung pada Sabtu (11/10/2025) dan soft launching sekitar dua minggu yang lalu.

Walau begitu, ternyata sudah cukup banyak pengunjung yang menghabiskan waktu dengan mencicipi kuliner di lokasi tersebut.

"Sejauh ini, sudah ada beberapa pengunjung dari dalam dan luar kota. Bahkan dari luar negeri juga sudah pernah berkunjung ke warung kuliner kami. Pengunjung domestik paling jauh itu ada dari Solo dan Semarang. Tapi, ada juga satu dari Prancis yang datang ke tempat kami saat masih soft launching," ucap dia, saat ditemui Tribunjogja.com di Gubuk Watu Adeg, Minggu (12/10/2025).

Disampaikannya, para pengunjung tersebut banyak mengetahui lokasi Gubuk Watu Adeg dikarenakan mendadak viral di sosial media.

Apalagi, selain pemandangan yang indah, terdapat menu maskan yang dibuat dengan perpaduan dapur jaman dulu. Penyajian kulinernya pun ada yang dibuat menggunakan tungku kayu.

"Semua itu kami sajikan, karena kami ingin menghadirkan konsep natural dengan view alam yang asri. Jadi, jauh dari keriuhan kendaraan motor, aktivitas perkotaan, dan sebagainya. Makanya, saat berada di lokasi kami, pengunjung dapat langsung merasakan sensasi alam yang berbeda," tuturnya.

Saat datang, masyarakat dapat langsung mengambil camilan tradisional yang berisi kacang, jagung, hingga ubi rebus secara mendiri.

Setelah itu, membuat daftar pensanan mulai dari makanan, camilan lain, hingga minuman. Di mana, menu andalan di lokasi itu tak lain makanan nasi wader dan nasi pecel.

"Harga yang kami sajikan juga beragam, sesuai dengan menu yang dipilih oleh konsumen. Tapi, kalau menu makanan dapat dibeli mulai sakitar Rp15 ribuan per porsi. Semua produk yang kami jual adalah produk lokal. Bahkan, iwak wadernya itu juga langsung kami ambil dari pengepul di Sungai Oya," jelas perempuan usia 37 tahun itu.

Selain itu, masyarakat yang berkunjung ke lokasi kuliner hidden gem tersebut, dapat memetik buah nanas, tomat, dan cabai.

Pasalnya, lokasi itu juga menyajikan hasil pertanian yang layak dipergunakan oleh masyarakat.

Akan tetapi, buah dan hortikultura tersebut dibandrol dengan harga tertentu dan masih tergolong ramah di kantong.

Dikarenakan lokasinya yang masih sangat asri dan berada di jalur utama pertanian, maka para pengunjung yang datang menggunakan kendaraan mobil dapat parkir di lokasi sekitar 200-an meter sebelum Gubuk Watu Adeg.

Lain halnya untuk kendaraan sepeda motor yang dapat parkir di depan pintu masuk Gubuk Watu Adeg maupun di lokasi parkir area mobil.

"Depan lokasi warung kuliner kami tidak bisa dipergunakan untuk parkir kendaraan mobil karena lokasi kami masuk dalam jalur pertanian. Jadi, akses untuk masuk itu hanya dapat dilewati oleh sepeda motor. Dan kami, juga mengutamakan agar jalan depan warung kami dipergunakan untuk akses lalu lintas masyarakat petani lokal," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menceritakan bahwa ide kuliner Gubuk Watu Adeg muncul usai mengunjungi wisata di Ubud, Bali pada beberapa waktu lalu. Kala itu, ia teringat bahwa di Jogja memiliki lokasi yang sama dengan Ubud. Dari situ, ia dan suaminya berusaha untuk menciptakan sensasi kuliner baru di Bumi Projotamansari.

"Kami harap, kehadiran Gubuk Watu Adeg bisa menjadi pilihan alternatif masyarakat yang ingin berlibur, menghabiskan waktu tanpa gangguan aktivitas perkotaan, dan menikmati kuliner tradisional dengan harga terjangkau. Dan lokasi kuliner kami dibuka sejak pukul 08.00 WIB dan close order pukul 16.30 WIB," pungkas perempuan yang telah berkecimpung diusaha kuliner sejak tahun 2016, silam.(*)
 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved