Pemda DIY Dorong Kolaborasi Lintas Sektor Tangani Kesehatan Mental Remaja
Upaya pencegahan dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi, sedangkan langkah kuratif dijalankan lewat layanan rehabilitasi di RS Grhasia
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
Sebagai langkah konkret, Pusat Rehabilitasi YAKKUM mengembangkan Program ASIK (Aksi Sehat Jiwa, Inisiatif, dan Kontribusi Anak Muda). Program ini memberi ruang aman bagi remaja untuk saling berbagi, belajar mengenali diri, dan membangun jejaring dukungan sebaya (peer support) di lingkungan mereka.
“Pelatihan itu untuk menekankan bahwa setiap orang tuh punya value masing-masing, setiap orang tuh punya perbedaan, dan merasa tidak baik-baik saja itu ya it’s okay gitu ya. Kayak sesuatu yang normal saja gitu teman-teman,” kata Rafliansyah.
“Nah untuk menjaga stabilitas itu, kita saat dimulai program ini ingin membentuk peer support antar sebaya. Karena kan salah satu yang kita temukan, teman-teman itu mereka ngerasa lebih aman dan nyaman untuk cerita ke orang-orang yang merasa seumuran gitu. Jadi harapannya dengan program peer support di sekolah, di karang taruna dan di komunitas itu, teman-teman sudah mulai membentuk ekosistem kecil-kecilan di lingkungannya untuk bisa cerita dan berbagi apa yang dia rasakan,” paparnya.
Sejak program ini dijalankan, banyak remaja mengaku bingung kepada siapa mereka bisa bercerita tentang masalah pribadi. Perasaan tidak aman untuk terbuka kepada orang sekitar menjadi keluhan yang paling sering muncul, terutama dari remaja usia 16–25 tahun.
“Jadi tugasnya kita sebenarnya ingin gimana mereka tuh bisa merasa nyaman, aman dan paling tidak mereka bisa mengenal dirinya sendiri aja gitu. Nah harapannya, melalui program ASIK dan juga kolaborasi lintas sektor ini, pemerintah dan yang lain adalah kita mulai pelan-pelan untuk terbuka dan membuat ruang aman untuk teman-teman remaja gitu. Biar kasus-kasus seperti itu bisa mulai dicegah dari aspek pencegahan dan promotifnya,” ujar Rafliansyah.
Rafliansyah menambahkan, sebagian generasi muda kini mulai sadar pentingnya kesehatan mental, meski di sisi lain tren self-diagnosis masih sering terjadi.
“Itu yang kita coba untuk pelan-pelan mengedukasi ke teman-teman, ketika misalnya mereka merasa tidak baik-baik saja, itu banyak kok sebenarnya ruang-ruang untuk mereka bisa akses gitu kan. Misalnya ke psikolog yang ada di Puskesmas dan lain sebagainya,” katanya.
Selain seminar, kegiatan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025 di Yogyakarta juga menghadirkan pameran komunitas yang menampilkan karya dari penyintas gangguan kesehatan mental. Panitia turut menyediakan layanan konseling gratis serta skrining kesehatan mental bagi peserta dan masyarakat umum.
Melalui kegiatan ini, Pemda DIY bersama mitra berharap dapat memperkuat kesadaran publik bahwa kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kolaborasi lintas sektor diharapkan mampu menciptakan ruang publik yang inklusif, aman, dan suportif bagi generasi muda untuk pulih dan tumbuh bersama.
Eko Suwanto Desak Pemda DIY Bentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah |
![]() |
---|
Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini Kamis 9 Oktober 2025 Kereta Sore - Malam |
![]() |
---|
Berikan Alternatif Pendanaan, KrediOne Ajak Masyarakat Jadi Peminjam Rasional dan Cerdas |
![]() |
---|
Soal Progres Pembangunan Tol Jogja-Cilacap, Menko AHY : Masih Tahap Pengkajian |
![]() |
---|
Info Event Jogja Hari Ini: Pembukaan Pameran Nandur Srawung 12 Eling Awakening |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.