Ide Kreatif Petani Gunungkidul, Ciptakan 'Sawah Rosok' Sebagai Metode Tanam Padi dari Bahan Bekas

Inovasi ini dipelopori oleh Ketua Gapoktan Genjahan Makmur, Suhantara, yang awalnya hanya mencoba memanfaatkan tumpukan plastik bekas di rumahnya. 

Dok.Istimewa
SAWAH ROSOK - Panen padi perdana yang ditanam pada wadah rosok bekas plastik galon di Gunungkidul, Kamis (2/10/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Ide kreatif muncul dari para petani di Padukuhan Genjahan, Kalurahan Genjahan, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul.

Mereka menciptakan 'Sawah Rosok', yakni metode menanam padi dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas seperti galon, ember rusak, dan kaleng sebagai media tanam.

Inovasi ini dipelopori oleh Ketua Gapoktan Genjahan Makmur, Suhantara, yang awalnya hanya mencoba memanfaatkan tumpukan plastik bekas di rumahnya. 

“Awalnya hanya coba-coba, ternyata tumbuh dengan baik. Banyak tetangga ikut mencoba, dan akhirnya kami sepakat menamainya Sawah Rosok,” ujarnya, Minggu (5/10/2025).

Suhantara menjelaskan, metode Sawah Rosok cocok diterapkan di lahan sempit, bahkan di pekarangan rumah. 

Cukup dengan memotong galon bekas menjadi pot tanpa lubang, mengisinya dengan tanah halus bercampur kompos, dan menanam tiga bibit padi per pot.

Pemupukan pun sederhana, hanya sekitar lima gram pupuk NPK per pot selama satu musim tanam.

Salah satu petani yang mengikuti langkah ini, Sigit, mengaku metode tersebut mudah diterapkan dan hemat biaya.

 “Dari satu galon bisa menghasilkan sekitar 130 gram gabah kering panen untuk varietas Inpari 24. Kalau pakai padi hibrida, bisa mencapai 300 sampai 400 gram,” ujarnya.

Sementara itu, hasil pengamatan penyuluh pertanian lapangan (PPL) Heni, STP, MMA menunjukkan satu pot galon berisi tiga rumpun padi bisa menghasilkan hingga 38 anakan. 

“Jika satu rumah memiliki 100 pot, bisa menghasilkan 30–40 kilogram gabah kering panen. Cukup untuk konsumsi keluarga dan mendukung ketahanan pangan lokal,” ujarnya.

Dukungan terhadap inovasi inipun mendapat respon positif dari pemerintah daerah.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono, menyatakan siap mendukung pengembangannya dan mendorong pendampingan lebih lanjut dari petugas penyuluh pertanian. 

“Kami akan bantu penguatan melalui demplot dan pencatatan hasil ubinan agar dapat menjadi model inovasi pertanian berkelanjutan,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved