Hadapi Musim Tanam Seiring Datangnya Hujan, Apa Strategi DPKP DIY untuk Bantu Petani?

Kepala DPKP DIY, Syam Arjayanti mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak agar petani siap

Tribun jogja / Ahmad Syarifudin
BAJAK SAWAH : Foto ilustrasi. Seorahg petani di Sleman sedang membajak sawah untuk memulai tanam padi, Selasa 28 Januari 2025 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY memperkirakan musim tanam terjadi pada bulan Oktober, seiring dengan puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada Oktober-November 2025.

Kepala DPKP DIY, Syam Arjayanti mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak agar petani siap menghadapi musim penghujan. Menurut dia, persiapan harus dilakukan dari hulu hingga hilir.

Dari hulu, petani diminta untuk memanajemen lahan agar tidak terjadi gagal panen saat musim hujan.

"Di hulu lebih ke mengkondisikan lahan, dibuat galengan, supaya air tidak menggenang. Itu (genangan) kan mengakibatkan gagal panen. Kemudian terkait dengan infrastruktur, berkaitan juga dengan memanen air, menampung air hujan untk mencegah genangan, untuk persiapan musim tanam berikutnya," katanya.

Persiapan lainnya juga dilakukan dengan pompanisasi. Lalu juga terkait dengan pemilihan varietas padi yang lebih tahan padi dan hama. Sebab, saat hujan, dimungkinkan banyak hama dan penyakit

"Setelah air, lahan, benih, juga soal hama penyakit. Saat musim hujan, ada tikus, jamur cepat sekali berkembang di tanaman. Nah, kita sudah ada deteksi dininya. Jadi pada saat-saat tertentu, apa sih yang akan menyerang, sehingga bisa diantisipasi. Kami juga mengedukasi petani," sambungnya.

Sedangkan dari sisi hilir, pihaknya menitikberatkan pada pengeringan gabah. Saat musim hujan, gabah cenderung cepat busuk. Terlebih masih cukup banyak petani yang mengandalkan pengeringan melalu sinar matahari.

Pihaknya juga terus mendorong petani agar mau mengikuti asuransi tani. Ia menilai, kesadaran petani untuk mengikuti asuransi masih perlu ditingkatkan.

"Mungkin ada keterbatasan modal juga, kan itu (asuransi tani) uang hilang (untuk asuransi). Kalau tidak terkena dampak bencana kian tidak mendapat manfaat. Kesadaran petani masih rendah, bahkan saat ada anggaran dari kementerian pun persentasenya sangat kecil," ujarnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved