Kincir Air Hybrid Buatan Mahasiswa UMY Bantu Pembudidayaan Ikan Sidat di Cilacap
Proses pengerjaan berlangsung selama tiga bulan, mulai Agustus hingga rampung awal Oktober tahun lalu.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Mahasiswa Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membuat inovasi kincir air hybrid. Inovasi tersebut berhasil menekan biaya listrik para pembudidaya ikan sidat di Desa Patimuan, Cilacap.
Febrianto Nugroho, Rangga Audry Pratama, Arief Rahayu Agusttya, Prayoga Arcadia, dan Dhaka Angga Putra merupakan tim yang mengembangkan inovasi tersebut.
Ketua tim, Febrianto Nugroho mengatakan ia bersama teman-temannya tidak membuat kincir air baru, melainkan memodifikasi sistem kelistrikannya agar lebih efisien.
Proses pengerjaan berlangsung selama tiga bulan, mulai Agustus hingga rampung awal Oktober tahun lalu.
Inovasi tersebut lahir dari tingginya biaya listrik yang dihadapi para pembudidaya ikan sidat. Selain itu, risiko listrik padam juga menjadi persoalan.
"Kincir air harus menyala 8-10 jam setiap hari, dari malam hingga pagi. Itu membuat biaya operasional sangat tinggi. Selain itu, listrik PLN juga rawan mati, padahal ikan sidat harus selalu mendapat suplai oksigen. Kincir tersebut berfungsi menjaga kadar oksigen tetap stabil di kolam. Kalau listrik padam, bisa berbahaya bagi budidaya,” katanya.
Dalam mengembangkan inovasi tersebut, pihaknya bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga FT Lomanis.
Ia mengungkapkan sistem hybrid tersebut menggunakan panel surya berkapasitas 550 watt yang terhubung ke baterai 400Ah melalui Solar Charge Controller (SCC).
Energi yang tersimpan dalam baterai kemudian diubah oleh inverter untuk menggerakkan motor kincir.
Sistem ini dilengkapi komponen Automatic Transfer Switch (ATS) yang memungkinkan pergantian otomatis antara listrik PLN dan PLTS.
"Ketika baterai dari panel surya sudah penuh, kincir akan otomatis menggunakan energi tersebut. Jika suatu saat daya baterai habis, sistem otomatis beralih ke PLN. Dengan begitu, kincir tidak akan pernah berhenti berputar. Sehingga suplai oksigen ikan sidat tetap terjaga," ungkapnya.
Inovasi ini terbukti dapat menekankan biaya listrik. Biaya listrik yang sebelumnya bisa mencapai Rp1,5 juta per bulan, kini turun drastis menjadi sekitar Rp549 ribu. Penghematan ini tidak hanya meringankan beban masyarakat, tetapi juga mendukung penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Meski sudah berjalan baik, tim mahasiswa UMY masih menyiapkan pengembangan lebih lanjut. Beberapa rencana ke depan antara lain menambah kapasitas panel surya dan baterai agar daya yang dihasilkan lebih besar, serta mengintegrasikan sistem dengan teknologi Internet of Things (IoT). Dengan begitu, kondisi kincir air dapat dipantau secara real time dan lebih mudah dikelola. (maw)
Di Tingkat Banding, Pemutilasi Mahasiswa UMY Tak Jadi Dihukum Mati, Jaksa Siap Kasasi |
![]() |
---|
Akhir Kisah Pembunuhan Disertai Mutilasi di Sleman |
![]() |
---|
Vonis Mati untuk Dua Pelaku Mutilasi di Sleman, Ayah Korban: Mereka Bukan Lagi Manusia |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Dua Terdakwa Mutilasi Mahasiswa UMY Divonis Hukuman Mati |
![]() |
---|
Sadisnya Pembunuhan dan Mutilasi Mahasiswa UMY Terungkap dalam Sidang Perdana |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.