Pemkot Yogyakarta Kerahkan 90 'Jumilah', Pastikan Sampah yang Masuk Depo Hanya Residu

Jumilah merupakan kader untuk mengawasi pembuangan sampah di masing-masing kelurahan sebelum masuk ke depo.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
PENUH - Pengendara sepeda motor melintasi depo sampah di kawasan Pengok, Kota Yogya, yang tampak melebihi kapasitas, Selasa (9/9/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemkot Yogyakarta mengerahkan sebanyak 90 juru pemilah sampah (Jumilah) yang ditempatkan di 45 kelurahan.

Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko, menuturkan Jumilah merupakan kader untuk mengawasi pembuangan sampah di masing-masing kelurahan sebelum masuk ke depo.

"Dari 45 kelurahan, ada 90 Jumilah yang tugas utamanya memastikan sampah dari masyarakat maupun penggerobak atau transporter, harus dalam keadaan terpilah sebelum dibuang ke depo," ungkapnya, Senin (15/9/2025).

Mengenai skema kerjanya, ia pun menerangkan, Jumilah juga berperan menertibkan jadwal pengambilan sampah. 

Misalnya, hari Senin untuk sampah residu anorganik, Selasa residu organik, Rabu libur, Kamis residu anorganik, Jumat dan Sabtu residu organik, kemudian kembali libur pada hari Minggu.

"Setiap kelurahan ada dua kader Jumilah, nantinya bertugas di tiap posko pemeriksaan yang disepakati dengan dengan transporter masing-masing kelurahan," tandas Haryoko.

"Hasil pemeriksaan, kemudian dilaporkan kepada DLH. Tujuannya yang pasti untuk mereduksi sampah yang dibawa ke depo, memastikan sampah yang dibawa adalah residu," tambahnya.

Lurah Gunungketur, Pakualaman, Sunarni, menyatakan, dua kader Jumilah di wilayahnya akan mengkoordinir transporter dari 36 RT di 9 RW, untuk melakukan pengawasan dan memastikan sampah dari penggerobak sebelum ke depo hanya residu. 

Baca juga: Pengolahan Sampah Jadi Listrik di DIY Ditargetkan Beroperasi 2027

Saat ini, volume sampah Kelurahan Gunungketur per hari rata-rata berada di angka 1,2 ton dan masuk dalam 10 kelurahan dengan produksi sampah terendah.

Pihaknya pun berusaha menurunkan sampah yang diangkut penggerobak, dengan pemilahan di rumah tangga, memanfaatkan bank sampah, maupun pengepul untuk anorganik, dan mengupayakan pengolahan sampah organik. 

"Salah satunya di RW 05 yang sudah mampu zero sampah organik. Sisa organik dimanfaatkan untuk pakan ayam dan bebek, kemudian daun dan ranting kering dicacah dibuat pupuk kompos," ujarnya.

Sementara, Kader Jumilah Kelurahan Gunungketur, Kuncoro Sigit Purnomo, mengungkapkan, proses pengawasan sudah berjalan sejak Agustus. 

Setelah warga memilah sampah dari rumah masing-masing, Jumilah akan melakukan pengecekan, sebelum diambil transporter sesuai jadwal jenis sampah yang diambil.

"Warga ikut mendukung, koordinasi dengan para transporter di wilayah sudah berjalan, mereka kumpul di depan Kantor Kelurahan Gunungketur. Peran kader Jumilah melakukan penimbangan, mengawasi, serta memastikan sampah yang dibawa ke depo hanya residu," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved