Tren Penyakit Autoimun Anak Meningkat, IRA Cabang DIY Ingatkan Masyarakat Waspada

Acara ini juga sekaligus momentum peringatan World Rheumatism Day (WRD) 2025 dengan menggandeng Sahabat Cempluk.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
Dok.Istimewa
DISKUSI - Para peserta diskusi dan tanya jawab pasien autoimun dengan IRA cabang DIY berfoto bersama, Minggu (14/9/2025) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tren penyakit aoutoimun pada anak-anak terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Hal ini menjadi alasan para dokter Ikatan Reumatologi Indonesia (IRA) DIY menggelar diskusi dan tanya jawab dengan pasien autoimun hingga masyarakat umum, Minggu (14/9/2025).

Acara ini juga sekaligus momentum peringatan World Rheumatism Day (WRD) 2025 dengan menggandeng Sahabat Cempluk.

Dokter pemerhati reumatik autoimun sekaligus perwakilan IRA DIY, dr Ayu Paramaeswari, menyampaikan reumatik tidak hanya soal sendi, tetapi mencakup semua mulai dari darah hingga otot.

"Karena semua itu merupakan jaringan ikat dan dalam waktu terakhir kejadiannya (kasus penyakit) ini meningkat," katanya, kepada awak media.

Alasan peringatan WRD 2025 mengangkat isu penyakit autoimun lantaran masih banyak masyarakat yang belum teredukasi tentang cara penanganan.

"Jenis penyakit autoimun banyak dan belum familiar. Makanya kami tema pada WRD ini lebih kepada reumatik autoimun. Dan ini adalah penyakit yang perlu penyembuhan jangka panjang. Kadang kita lihat penyakit ini muncul pada anak-anak," ungkapnya.

Oleh karenanya dalam kesempatan ini pihaknya menggandeng sejumlah dokter spesialis kulit, mata dan pediatrik.

"Kami harap masyarakat lebih aware dengan penyakit ini," tuturnya.

Hal yang sama juga disampaikan Prof Dr dr Nyoman Kertia, yang berpesan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan penyakit autoimun.

"Ini untuk kewaspadaan akan terjadinya penyakit-penyakit reumatik, yang memang banyak dan salah satu kelompok itu aoutoimun dan ini semakin banyak saya lihat," ujarnya.

Beberapa penyebeb penyakit ini di antaranya dipengaruhi kondisi lingkungan hingga tingkat stress dan polusi yang meningkat.

"Mungkin karena situasi lingkungan, stres meningkat dimasyarakat atau polusi juga," terang dia.

Sementara dokter spesialis anak-konsultan alergi imunologi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, dr Cahya Dewi Satria, mengatakan setidaknya sudah ada 200 hingga 300 pasien autoimun pada anak yang menjalani perawatan hingga terapi di RSUP Dr Sardjito.

"Tadi kami menyampaikan tentang penyakit autoimun reumatik pada anak. Penyakit autoimun reumatik pada anak yang paling sering datang ke poli kami yang pertama lupus, yang kedua JIA (juvenile idiopathic arthritis) dan yang ketiga HSP, jadi ini yang terbanyak pada anak," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved