Muhammadiyah Jogja Expo 2025 Jadi Panggung Kolaborasi UMKM dan Ekonomi Kreatif di DIY

Gelaran Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) 2025 diyakini mampu menjadi menjadi wadah strategis bagi pelaku UMKM dan ekonomi kreatif di DIY

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA/Istimewa
MJE 2025 : Pembukaan event Muhammadiyah Jogja Expo #4 di JEC, Yogyakarta, Jumat (12/9/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gelaran Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) 2025 diyakini mampu menjadi menjadi wadah strategis bagi pelaku UMKM dan ekonomi kreatif di DIY.

Event yang sudah keempat kalinya digelar oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY itu, berlangsung selama 12–14 September, di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, menyatakan, pameran ini merupakan ruang penting untuk menguatkan kolaborasi antar pelaku UMKM, baik dari Muhammadiyah maupun masyarakat umum.

Sebab, expo tidak hanya diikuti warga Muhammadiyah, namun juga menghadirkan 145 UMKM binaan instansinya melalui platform SiBakul.

"Kolaborasi adalah kata kunci. Para pelaku UMKM tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kerja sama, inovasi, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi sesuai kebutuhan pasar," ucapnya.

Menurutnya, Muhammadiyah Jogja Expo menjadi wadah yang mumpuni untuk mempromosikan produk, menjalin silaturahmi, sekaligus membangun jejaring kolaborasi. 

Lebih jauh, ia menekankan, bahwa setiap produk UMKM harus diarahkan dengan tepat, supaya bisa diterima pasar, dan berkembang menuju kemandirian ekonomi.

"Pastinya, kita harus menyesuaikan agar produk-produk UMKM ini bisa diterima dan memiliki tujuan yang jelas," tandas Siwi.

Baca juga: Presiden Prabowo Bahas Gejolak Timur Tengah dalam Pertemuan dengan MBZ di Abu Dhabi

Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, menegaskan pentingnya penguatan sektor ekonomi sebagai pilar baru gerakan Muhammadiyah, berdampingan dengan pendidikan dan kesehatan yang telah lebih dahulu berkembang. 

Terlebih, penguatan ekonomi merupakan implementasi nyata dari semangat teologi Al-Ma’un yang selama ini menjadi ruh gerakan Muhammadiyah.

"Sudah saatnya Muhammadiyah mendorong umat Islam, khususnya warga persyarikatan, untuk memperkuat dimensi ekonomi. Esensi pertolongan dalam surat Al-Ma’un bukan hanya pendidikan dan kesehatan, tetapi juga kesejahteraan," ujarnya.

Dijelaskan, ekonomi yang dikembangkan Muhammadiyah bukanlah ekonomi kapitalistik yang hanya mengejar keuntungan, melainkan berbasis pemberdayaan masyarakat. 

Model yang diutamakan adalah ekonomi padat karya agar dapat menyerap banyak tenaga kerja, sekaligus menjadi solusi pengentasan pengangguran dan kemiskinan.

"Ekonomi yang harus kita kembangkan adalah ekonomi yang mampu mengatasi kemiskinan. Bukan sekadar padat modal atau teknologi, tetapi juga padat karya sehingga banyak tenaga kerja terserap. Dengan begitu, pengangguran berkurang, kemiskinan pun menurun," tegasnya.

Sementara, Ketua Panitia, Yulianto Neri, menambahkan, expo tahun ini menjadi ruang strategis untuk diskusi, inovasi, dan kolaborasi antar UMKM, khususnya yang berada dalam binaan Muhammadiyah.

Ia menyebut, UMKM menyerap lebih dari 90 persen tenaga kerja di Indonesia, sehingga diperlukan upaya serius untuk melakukan upscaling dan penguatan daya saing.

"Tidak hanya menjadi etalase produk, expo ini juga ditarget memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Harapannya, dalam tiga hari pelaksanaan, nilai transaksi bisa menembus lebih dari Rp10 miliar," pungkasnya. (aka)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved