Jumbara PMR 2025, Ajang Kaderisasi Relawan Kemanusiaan Muda di DIY

Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, menyambut baik rencana pelaksanaan Jumpa Bakti Gembira Palang Merah Remaja (Jumbara PMR)

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
Dok Humas Pemda DIY
SIAP JUMBARA: Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X berfoto bersama Ketua PMI DIY GBPH Prabukusumo serta jajaran pengurus PMI DIY seusai audiensi di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (11/9/2025). Pertemuan tersebut membahas persiapan Jumpa Bakti Gembira Palang Merah Remaja (Jumbara PMR) yang akan digelar di Sleman pada 27–29 September 2025. 

TRIBUNJOGJA.COM - Bukan sekadar ajang bakti sosial, Jumbara Palang Merah Remaja (PMR) menjadi ruang kaderisasi relawan kemanusiaan. Ratusan anak muda dari SD hingga SMA se-DIY akan berkumpul di Sleman pada akhir September mendatang, mengikuti berbagai kegiatan yang memadukan pengabdian, edukasi, dan kompetisi.

Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, menyambut baik rencana pelaksanaan Jumpa Bakti Gembira Palang Merah Remaja (Jumbara PMR) pada 27–29 September 2025.

Ajang empat tahunan ini akan mempertemukan relawan muda PMI dari berbagai kabupaten/kota di DIY.

“Saya mendukung sekali Jumbara ini,” ujar Sri Paduka, Kamis (11/9).

Ketua PMI DIY, GBPH Prabukusumo, menegaskan Jumbara sangat penting untuk menyiapkan generasi penerus relawan kemanusiaan.

“Jumbara ini ajang untuk generasi ke generasi, supaya nanti bisa menggantikan kita-kita yang sudah tua. Baik KSR, TSR, maupun PMR, mereka akan tetap setia pada kegiatan kemanusiaan,” ujarnya usai bertemu Sri Paduka di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Menurut Gusti Prabu, Jumbara tidak hanya berisi kegiatan bakti sosial, tetapi juga dilengkapi dengan perlombaan dan penilaian di berbagai bidang. Melalui semangat kompetisi itu, peserta akan terpacu untuk tampil maksimal.

“Kalau sudah pernah jadi juara, anak-anak akan termotivasi untuk terus jadi juara. Ini penting sekali untuk generasi sekarang. Jadilah yang terbaik, itu yang kita harapkan,” tambahnya.

Kegiatan tahun ini dipusatkan di Jaka Garong Camp Ground dan Outbound, Sleman. Peserta tercatat sekitar 300 orang dari berbagai jenjang pendidikan, dengan tambahan pendamping dan penilai sehingga total keterlibatan mencapai sekitar 500 orang.

Lebih jauh, Gusti Prabu menekankan bahwa Jumbara juga menjadi sarana edukasi publik terkait kiprah PMI.

“PMI hadir untuk banyak hal: membantu pohon tumbang, evakuasi kecelakaan, hingga kesiapsiagaan bencana. Bahkan polisi pun menunggu PMI datang di lokasi kecelakaan, karena kita yang punya keahlian,” jelasnya.

Selain Jumbara, PMI DIY juga tengah menyiapkan peluncuran sebuah buku yang merangkum catatan sejarah panjang kiprahnya di Yogyakarta sejak 1934. Buku tersebut mengungkap berbagai cerita yang jarang diketahui publik, mulai dari kesenian yang pernah diundang ke acara kemanusiaan internasional hingga kisah pesawat yang ditembak jatuh saat membawa obat-obatan dari Malaya ke Yogyakarta. “Itu semua menunjukkan pengakuan dan legitimasi keberadaan Indonesia sejak awal,” tutur Gusti Prabu.

Proses penyusunan buku ini, menurutnya, berjalan cepat berkat dukungan dari museum, perusahaan, hingga komunitas. “Alhamdulillah, semua tertarik karena masyarakat sekarang senang dengan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi orang banyak,” katanya.

Ia menambahkan, sebelumnya PMI DIY juga pernah menyusun buku Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan melibatkan berbagai tim dan seksi. “Waktu itu saya hanya memberi ide sederhana, lalu dibentuk tim. Masing-masing seksi menyusun konsep sesuai bidangnya, kemudian dikembangkan. Hasilnya bisa bermanfaat luas,” jelasnya.

Dengan semangat serupa, peluncuran buku sejarah PMI kali ini diharapkan dapat memperkaya wawasan masyarakat sekaligus memperkuat nilai-nilai kemanusiaan di kalangan relawan muda.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved