Doa Damai untuk Bangsa Warnai Puncak Gebyar Keistimewaan DIY di Gunungkidul

Peringatan kali ini menekankan tekad bersama untuk menjaga kebudayaan, ketenteraman, dan kesejahteraan masyarakat.

Tribun Jogja/ Nanda Sagita Ginting
DOA BERSAMA - Agenda doa lintas agama untuk bangsa pada Gebyar Keistimewaan DIY di Gunungkidul, Alun-alun Wonosari, Minggu (31/8/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Puncak Gebyar Keistimewaan Peringatan 13 tahun Undang-Undang Keistimewaan (UUK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) digelar dengan nuansa reflektif di Alun-alun Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, pada Minggu (31/8/2025) malam. 

Mengusung tema 'Mupakara Gunita Prasanti Loka', peringatan kali ini menekankan tekad bersama untuk menjaga kebudayaan, ketenteraman, dan kesejahteraan masyarakat.

Selain menampilkan ragam seni dan budaya, acara juga diwarnai doa lintas agama bertajuk Ibu Pertiwi yang dipanjatkan untuk mendoakan kedamaian bangsa.

Doa bersama itu menjadi simbol persatuan sekaligus menegaskan makna keistimewaan sebagai ruang yang merawat harmoni dan kebhinekaan.

Dalam sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang diwakili Paniradya Pati Paniradya Kaistimewan, Aris Eko Nugroho, mengimbau masyarakat untuk sama-sama menjaga Yogyakarta tetap tenang dan damai sekaligus mengajak masyarakat untuk do’a bersama.

Hal ini tidak lepas dengan tema 'Mupakara Gunita Prasanti Loka', yang memiliki arti Mupakara yakni  bentuk penghormatan; Gunita mengingatkan pada pentingnya kesadaran akan asal-usul dan jati diri; dan Prasanti Loka menggambarkan DIY sebagai tempat yang meneduhkan dan memberdayakan.

"Yang mana, ajakan tersebut bermakna tekad bersama untuk merawat kebudayaan serta menjaga ketentraman dan kesejahteraan masyarakat DIY," tuturnya saat sambutan tersebut.

Baca juga: Gebyar Keistimewaan di Gunungkidul Jadi Ruang Pemberdayaan Ekonomi Lokal UMKM

Dia menjelaskan dalam konteks sosial saat ini, DIY tetap menjadi simbol harmoni yang menjunjung tinggi nilai-nilai lokal.

Di mana, masyarakat DIY dikenal memiliki tepo roso, empan papan, dan semangat musyawarah yang tinggi—nilai-nilai yang menjadi pilar dalam menjaga hubungan antarwarga tetap sejuk, bijak, dan penuh rasa saling menghormati.

"Daerah Istimewa Yogyakarta adalah rumah kita bersama. Maka menjaga ketentramannya adalah tanggung jawab kita bersama. Di tengah situasi nasional yang berkembang saat ini, mari kita mengedepankan penyampaian aspirasi melalui dialog dan musyawarah tanpa kekerasan," pesannya.

Pihaknya juga menyerukan pentingnya menjaga sikap tenang dan bijak dalam bersikap, agar suasana aman, tertib, dan damai senantiasa menyelimuti Yogyakarta.

"Dengan semangat keistimewaan, masyarakat DIY diajak untuk terus menjaga ruang-ruang dialog, memelihara harmoni, dan mengaktualisasikan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sosial sehari-hari," ucapnya.

Selain itu juga dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat memaksimalkan potensi UMKM lokal dengan adanya bazzar UMKM dan penyebarluasan informasi capaian keistimewaan melalui pameran hasil keistimewaan.

Dia mengatakan sebanyak 40 pelaku UMKM  seluruh Kabupaten/Kota di DIY, ikut memeriahkan gelaran ini. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved