4 Seniman Muda Autistik Buktikan Keterampilan Karya Seni Lewat Pameran "Struggle"

Sebanyak 50 lukisan dari seniman muda Tanah Air, ditampilkan di Ruang Dalam Art House, Jalan Kebayan, Jeblog, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
APRESIASI SENI - Seorang pengunjung sedang melihat lukisan Pameran Struggle di Ruang Dalam Art House, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Minggu (24/8/2025). 

"Seni sebagai ruang aman untuk mengekspresikan diri dan menuangkan emosi. Seni bukan sekadar aktivitas kreatif, tetapi juga jembatan untuk berkomunikasi, memahami, dan merayakan keberagaman cara manusia memandang dunia," paparnya.

Setidaknya, ada sekitar 13 lukisan yang ia pamerkan dalam Pameran Struggle ini.

Gaya ekspresinya pun disampaikan dengan warna posterik untuk menandai hasil pengamatan tentang lingkungan sekitar. 

Bahkan, judul karyanya, sebagian diarahkan menyerempet persoalan politik dan problem sosial, namun memiliki nilai jual yang tinggi yakni sekitar Rp4 juta sampai 24 juta per karya seni.

Sementara itu, seniman Sandy Salman Wahyudi atau Way, yang didampingi oleh guru lukisnya, yakni Tamta Hatmaka, mengatakan, bahwa dalam berkarya, terkada Way memiliki mood yang tidak menentu.

"Terkadang, Way enggak mood dan enggak fokus dalam menyelesaikan karya seninya. Maka, kerap kami pancing dengan menggunakan handphone atau cerita sebagai pemicu karya. Dari situ, Way baru mau menuangkan ide-idenya ke dalam lukisan," tuturnya.

Akan tetapi, satu karya lukisan bisa diselesaikan oleh Way selama tiga jam sampai sehari. 

Maka dari itu, ada 10 karya seni yang ia tampilkan dalam pameran kali ini dan sebagian besar karya lukis bergaya dekoratif dengan objek tunggal yang mewakili dirinya. 

Adapun harga jual karya seninya dimulai dari Rp4 juta sampai Rp5 juta per karya. Karya seni Way pun telah tembus pasar konsumen dari Jakarta. 

Trapis Way, Endah Ika Pratiwi, menyampaikan, salah satu lukisan yang berkesan milik Way diberi nama Aku Ingin Naik Batik Air.

Lukisan dengan acrylic on canvas ukukran 50x70 sentimeter itu menggambarkan bahwa sebagai seorang anak laki-laki, Way  punya impian besar untuk terbang melayang tinggi menembus awan, dengan pesawat Batik Air yang gagah perkasa.

"Kenapa dipilih pesawat Batik Air? Karena Way punya kenangan sendiri dengan ibunya. Dulu, pertama kali Way itu dikenalkan oleh ibunya dengan pesawat Batik Air. Terus, karena ada corak yang menarik pada pesawat itu, akhirnya Way merasa suka dan tertarik untuk melukis pesawat itu juga," tutup dia.
 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved