Nginep, Nyaman, Ngangeni: PHRI DIY Jawab Tantangan Wisata Jogja

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PODCAST - Deddy Pranowo Eryono, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY (kanan) bersama Pemred Tribun Jogja, Ribut Raharjo, dalam podcast Tribun Jogja.

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pelan namun pasti, geliat pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali terasa.

Setelah dihantam pandemi dan dilanda pelarangan studi tour dari berbagai daerah, pelaku usaha perhotelan dan restoran mulai merasakan tanda-tanda pemulihan.

Salah satunya terlihat dari peningkatan okupansi dan antusiasme wisatawan terhadap berbagai agenda yang digelar di Bumi Mataram.

“Pariwisata di DIY saat ini sedikit lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Ada peningkatan yang patut kita syukuri,” ujar Deddy Pranowo Eryono, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, dalam podcast bersama Tribun Jogja.

Menurutnya, pemulihan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan hasil dari sinergi antara pelaku industri pariwisata, pemerintah daerah, dan media massa.

“Guyub. Itu kunci kita. Semua stakeholder berjalan bersama,” lanjut Deddy.

Deddy menyebut, peran event dalam mendongkrak kunjungan wisatawan sangat besar. Tak hanya membantu tingkat hunian hotel, event juga menggerakkan ekonomi sektor lainnya—kuliner, transportasi, hingga UMKM.

Namun demikian, Deddy mengingatkan bahwa tidak semua event mampu menggerakkan perekonomian lokal. Ia bahkan mengkritik keras kegiatan yang hanya bersifat seremonial dan tidak berdampak luas.

“Mohon maaf, jangan buat event masturbasi, yang hanya dinikmati kalangan sendiri. Kita ini hidup dari pariwisata. Maka event harus mendatangkan wisatawan dari luar daerah, bahkan mancanegara,” tegasnya.

Ia mencontohkan, Kota Yogyakarta akan menjadi tuan rumah Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) pada 5–9 Agustus mendatang.

Sekitar 15.000 tamu dari berbagai kota akan hadir.

Selain itu, Festival Layang-Layang Internasional yang dijadwalkan Oktober nanti juga diperkirakan akan menarik banyak pengunjung.

Menurut Deddy, penempatan waktu event juga krusial.

“Hotel dan restoran itu biasanya low season di hari Senin sampai Kamis. Maka event di weekdays bisa meningkatkan okupansi 10–20 persen. Kalau di akhir pekan bisa sampai 30–40 persen. Ini strategi yang perlu dimaksimalkan,” ujarnya.

Selain melalui kanal daring seperti media sosial, PHRI DIY juga menggunakan pendekatan langsung kepada wisatawan.

Halaman
1234

Berita Terkini