TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kembali menggelar pameran budaya Upakarya Semarang edisi ke-2 di Yogyakarta, Selasa (5/8/2025).
Bertempat di Teman Lama, kawasan Kotabaru, pameran ini berlangsung hingga 9 Agustus 2025 dan menjadi bagian dari rangkaian Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Mengusung tema “Rumah Semarang”, pameran ini menyajikan narasi hubungan historis antara Semarang dan Yogyakarta, terutama dalam jalur perdagangan gula dan perkeretaapian yang tumbuh pada awal abad ke-20.
“Relasi dua kota ini dulunya sangat kuat, terutama melalui perdagangan gula. Jogja memproduksi, Semarang mengekspor. Tapi konektivitasnya baru benar-benar terwujud saat jalur kereta api Semarang–Yogyakarta dibuka tahun 1905,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso.
Jalur Semarang–Yogyakarta melalui Magelang itu diresmikan pada 1905 dan membentang sejauh 121 kilometer, memangkas perjalanan hingga 80 kilometer dibanding jalur lama via Surakarta.
Keberadaan jalur tersebut menjadikan perjalanan lebih efisien—sekitar empat jam—dan mendorong arus perdagangan komoditas ekspor seperti gula.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta Alokasikan Anggaran Rp89,3 Miliar untuk Penanggulangan Kemiskinan
Pada periode 1870–1930, wilayah Yogyakarta tercatat memiliki sedikitnya 19 pabrik gula aktif, yang hasilnya diangkut ke Pelabuhan Semarang dan diekspor melalui perusahaan seperti Oei Tiong Ham Concern (OTHC).
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menyambut baik kehadiran pameran ini sebagai bentuk penguatan hubungan budaya antar kota pusaka.
“Pameran ini pun seperti kenangan yang hidup kembali. Kami menyambut baik inisiatif ini karena pameran ini bukan hanya tentang artefak, tapi juga tentang cerita dan sejarah yang mempertemukan kita,” ujar Yetti.
Pameran yang berlangsung setiap hari pukul 10.00–21.00 WIB ini menghadirkan arsip, kartu pos, surat, dan artefak lain yang dikurasi dalam ruang bertajuk “Rumah Semarang”. Selain itu, juga diselenggarakan tur kuratorial sebagai agenda pendamping.
Yetti menambahkan, pemanfaatan ruang cagar budaya seperti Teman Lama menjadi bentuk pelestarian warisan yang aktif dan partisipatif.
“Warisan budaya tidak hanya untuk dilestarikan, tetapi juga untuk dihidupkan. Termasuk bagaimana bangunan-bangunan cagar budaya di Kotabaru bisa dimanfaatkan untuk aktivitas kreatif seperti pameran ini,” ujarnya.
Menurut Wing, kerjasama antar kota dalam pengelolaan kawasan pusaka perlu terus diperkuat.
“Kami belajar banyak dari Jogja—terutama bagaimana menata ruang publik dan menjaga keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan budaya. Ini adalah proses saling menginspirasi,” ujarnya.
Dalam pembukaan turut hadir Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Affan Prapanca. Pameran ini juga berkolaborasi dengan Komunitas Jejak Kartu Pos dan Senyum Labs untuk menghadirkan pendekatan visual dan dokumenter yang lebih inklusif. (*)