Ia juga menyinggung pengalaman masyarakat internasional dalam menjaga pola makan sehat berbasis protein hewani. Pengalaman ini, menurutnya, sejalan dengan arah kebijakan pangan lokal yang sedang dibangun DIY melalui penguatan dapur MBG dan sistem pangan akuatik yang berkelanjutan.
Baca juga: Orangtua Siswa di Kulon Progo Khawatirkan Kualitas MBG Usai Kejadian Keracunan Makanan di Wates
MBG Bukan Sekadar Program Makan, Tapi Investasi Masa Depan Bangsa
Wakil Ketua DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Budi Waljiman, menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu inisiatif nasional yang bukan hanya penting dari sisi pemenuhan gizi, tetapi juga merupakan bentuk investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa.
“Ini program besar dengan dampak yang sangat luas. Tidak berlebihan kalau saya menyebutnya sebagai salah satu program unggulan Presiden Prabowo. Tujuan utamanya adalah memastikan masyarakat, terutama anak-anak, mendapatkan asupan gizi yang layak,” kata Budi.
Budi yang juga pernah mendampingi Prabowo Subianto selama hampir 25 tahun, termasuk dalam berbagai kegiatan pertahanan dan sosial, menyebut MBG sebagai program yang unik dan belum ada presedennya.
“Ini sesuatu yang baru. Karena itu, kita semua sadar akan ada unsur trial and error. Tapi justru di sanalah letak inovasinya,” ujarnya.
Menurut Budi, MBG mulanya digerakkan dari daerah dengan segala keterbatasan, dan TNI dilibatkan pada awal implementasi karena kemampuan mereka dalam membangun sistem yang disiplin dan efisien.
“TNI terbiasa bergerak cepat dan sistematis. Tapi ke depan, sistem ini harus dibangun agar berkelanjutan dan tidak hanya respons cepat,” jelasnya.
Ia menambahkan, karena program ini menggunakan anggaran negara, maka prinsip tata kelola yang baik dan akuntabilitas menjadi hal yang mutlak.
“Harus transparan dan tertib, agar tidak ada penyimpangan. Ini soal penggunaan APBN,” tegasnya.
Lebih dari sekadar program makan gratis, Budi menekankan bahwa MBG menyasar sesuatu yang jauh lebih fundamental: generasi masa depan Indonesia.
“Anak-anak hari ini adalah pemimpin 20–30 tahun ke depan. Kalau mereka tumbuh sehat, cerdas, dan kuat—negara ini akan kuat. Tapi kalau sejak kecil mereka kekurangan gizi, ya hasilnya pasti berbeda,” katanya.
Budi menilai bahwa MBG hadir sebagai lanjutan dari berbagai inisiatif pemenuhan gizi sebelumnya, tetapi dengan pendekatan yang lebih sistematis dan berdampak jangka panjang. (*)