Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kondisi ekonomi nasional menunjukkan tren perlambatan yang kian terasa di tengah masyarakat.
Daya beli menurun, sejumlah indikator ekonomi melemah, dan perputaran uang pun ikut tergerus.
Hal ini tercermin dari penurunan tren konsumsi dalam beberapa waktu terakhir, termasuk pada momen yang biasanya menjadi pendorong ekonomi seperti masa libur Lebaran.
Ekonom dari Sekolah Vokasi UGM, Yudistira Hendra Permana, S.E., M.Sc., Ph.D., menilai penurunan konsumsi tersebut merupakan cerminan dari merosotnya daya beli masyarakat.
“Tren deflasi yang masih terjadi, nilai tukar yang terus melemah, harga emas yang melonjak tinggi, hingga IHSG yang melemah, semua itu mengindikasikan bahwa kita sedang tidak baik-baik saja,” ujarnya, Kamis (10/4/2025).
Menurut Yudistira, kondisi ini bukanlah persoalan tunggal. Kompleksitas permasalahan sosial, politik, dan ekonomi yang belum terselesaikan dengan baik menyebabkan tekanan berlapis,
diperparah oleh situasi ekonomi global yang tidak menentu serta kebijakan efisiensi anggaran yang belum mampu dikomunikasikan dengan baik kepada publik.
“Kegagalan dalam mengoordinasikan berbagai aspek ini menjadi akumulatif dan menghasilkan tekanan seperti yang kita rasakan hari ini,” jelasnya.
Salah satu dampak nyata terlihat pada aktivitas UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
Penurunan konsumsi secara langsung menghantam sektor ini. “Ketika sektor perdagangan kecil terpukul, jumlah orang yang terdampak pun akan sangat besar,” tegas Yudistira.
Sebagai bentuk antisipasi, ia mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam mengatur pengeluaran.
“Yang bisa kita lakukan sekarang adalah kencangkan sabuk, bersiap kalau terjadi hantaman ekonomi. Kalau bisa berhemat, ya mulai berhemat,” sarannya.
Namun, ia juga mengingatkan agar langkah penghematan dilakukan dengan seimbang. “Jangan terlalu kencang juga, nanti malah sakit sendiri. Konsumsilah yang benar-benar perlu saja,” paparnya. (Ard)