"Sedangkan pancaroba atau masa peralihan diprediksi pada dasarian pertama bulan Oktober," kata dia.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Ir Suparmono mengatakan, pihaknya telah melakukan pelbagai upaya untuk mengantisipasi kekurangan air bagi ladang pertanian pada musim kemarau ini.
Di antaranya, dengan memberikan bantuan 53 pompa air.
Selain itu, melalui anggaran DAK Fisik Pertanian dipersiapkan juga bantuan pembangunan 5 unit Irigasi Air Tanah Dangkal (IATD) berupa sumur bor dengan kedalaman 30 meter dan 35 sumur ladang atau pantek dengan kedalaman 15 meter.
Bantuan tersebut disiapkan untuk tanaman pangan dan komoditas holtikultura.
"Kami berharap bantuan- bantuan ini akan meringankan petani dalam upaya mempertahankan tanaman bisa tumbuh dan mendapatkan panen yang optimal.
Menghadapi musim kemarau ini Dinas menghimbau petani untuk melakukan pengecekan kondisi sumur dan pompa-pompa air yang dimiliki baik dari bantuan pemerintah maupun swadaya," kata Suparmono.
Mantan Panewu Cangkringan ini mengatakan, bagi pertanian tadah hujan seperti wilayah Prambanan, pihaknya telah mengimbau agar melakukan penyimpanan air sejak akhir musim penghujan.
Menurut dia, petani di wilayah Prambanan memiliki kearifan lokal dengan membuat bangunan penampung air atau biasa disebut embung cluweg.
Sejauh ini pihaknya telah memfasilitasi pembuatan embung cluweg sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan ada tahun ini juga ada fasilitas pembuatan 4 unit embung cluweg untuk kelompok tani di Kalurahan Wukirsari, Sambisari dan Gayamharjo Prambanan.
Bukan hanya itu, melalui dana DAK Fisik pertanian, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan juga menganggarkan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Pertanian (RJIT) 34 paket untuk 17 kapanewon yang dilakukan secara swakelola oleh petani.
"Dengan kegiatan RJIT aliran air pada jaringan irigasi diharapkan bisa mengalir lancar sehingga pemanfaatannya bisa merata," katanya.(rif)