TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis akibat berkurangnya curah hujan dari keadaan normal di sejumlah wilayah di empat Kabupaten di DIY.
Satu di antara, wilayah yang waspada potensi kekeringan adalah Prambanan di Kabupaten Sleman.
Masyarakat diminta menyiapkan diri pada kondisi iklim yang lebih kering dari biasanya di musim kemarau tahun ini.
Baca juga: Disdikpora DIY Terjunkan Tim Khusus Verifikasi Lapangan Seleksi PPDB SMA Jalur Zonasi Radius
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas menyampaikan ada sejumlah wilayah di empat Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada dalam status waspada potensi kekeringan meteorologis.
Yaitu Prambanan di Kabupaten Sleman. Kemudian Sentolo di Kulon Progo. Sedayu, Pandak, dan Imogiri di Kabupaten Bantul. Sedangkan di Gunungkidul potensi berada di Patuk, Playen, Wonosari dan Nglipar.
Disejumlah wilayah tersebut, terhitung hingga 10 Juni lalu telah mengalami hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 21 hari dan prakiraan curah hujan rendah di bawah 20 milimeter per dasarian.
"Imbauannya, masyarakat serta Pemerintah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini. Kami juga sudah berkoordinasi dengan instansi terkait, perihal dampak dari kondisi iklim yang lebih kering dari pada biasanya," kata Reni, Selasa (13/6/2023).
Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Bupati, BPBD Provinsi, Dinas Pertanian, Dinas PU maupun instansi lainnya untuk mengantisipasi potensi kekeringan di musim kemarau ini.
Selain juga melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat umum dan petani melalui sekolah lapang iklim bagi petani binaan.
Saat ini kondisi iklim cenderung lebih kering karena dipengaruhi fenomena El- Nino.
Masyarakat diimbau untuk menyiapkan diri terhadap dampak potensi iklim yang lebih kering ini dengan menjaga kesehatan tubuh.
Karena suhu udara dengan cepat berfluktuasi berubah.
Bagi petani diimbau agar menyesuaikan pola tanam dan memilih jenis tanaman yang cocok ditanam pada kondisi iklim yang lebih kering.
Kemudian bagi instansi terkait agar melakukan langkah antisipasi dengan menyiapkan waduk atau embung untuk memanen air hujan. Kemudian mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan.
Lalu melakukan droping air bersih pada wilayah yang mengalami kekurangan air bersih. Menurutnya, puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada akhir bulan Juli atau Agustus mendatang.
"Sedangkan pancaroba atau masa peralihan diprediksi pada dasarian pertama bulan Oktober," kata dia.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Ir Suparmono mengatakan, pihaknya telah melakukan pelbagai upaya untuk mengantisipasi kekurangan air bagi ladang pertanian pada musim kemarau ini.
Di antaranya, dengan memberikan bantuan 53 pompa air.
Selain itu, melalui anggaran DAK Fisik Pertanian dipersiapkan juga bantuan pembangunan 5 unit Irigasi Air Tanah Dangkal (IATD) berupa sumur bor dengan kedalaman 30 meter dan 35 sumur ladang atau pantek dengan kedalaman 15 meter.
Bantuan tersebut disiapkan untuk tanaman pangan dan komoditas holtikultura.
"Kami berharap bantuan- bantuan ini akan meringankan petani dalam upaya mempertahankan tanaman bisa tumbuh dan mendapatkan panen yang optimal.
Menghadapi musim kemarau ini Dinas menghimbau petani untuk melakukan pengecekan kondisi sumur dan pompa-pompa air yang dimiliki baik dari bantuan pemerintah maupun swadaya," kata Suparmono.
Mantan Panewu Cangkringan ini mengatakan, bagi pertanian tadah hujan seperti wilayah Prambanan, pihaknya telah mengimbau agar melakukan penyimpanan air sejak akhir musim penghujan.
Menurut dia, petani di wilayah Prambanan memiliki kearifan lokal dengan membuat bangunan penampung air atau biasa disebut embung cluweg.
Sejauh ini pihaknya telah memfasilitasi pembuatan embung cluweg sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan ada tahun ini juga ada fasilitas pembuatan 4 unit embung cluweg untuk kelompok tani di Kalurahan Wukirsari, Sambisari dan Gayamharjo Prambanan.
Bukan hanya itu, melalui dana DAK Fisik pertanian, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan juga menganggarkan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Pertanian (RJIT) 34 paket untuk 17 kapanewon yang dilakukan secara swakelola oleh petani.
"Dengan kegiatan RJIT aliran air pada jaringan irigasi diharapkan bisa mengalir lancar sehingga pemanfaatannya bisa merata," katanya.(rif)