Tampaknya penghancuran jaringan pipa memberikan "kesempatan luar biasa" bagi AS juga, karena UE menggandakan pembelian gas alam cair (LNG) Amerika untuk menggantikan pasokan hidrokarbon Rusia.
Pada saat itu, sejumlah tokoh masyarakat dan pakar media Amerika, termasuk pembawa acara Fox News Tucker Carlson, pensiunan Kolonel Angkatan Darat AS Douglas Macgregor, Profesor Columbia Jeffrey Sachs, dan Ron Unz, menyuarakan asumsi Washington entah bagaimana bisa terlibat dalam serangan itu.
Misalnya, Sachs mengutip beberapa alasan untuk mendukung asumsinya. Pertama, bukti radar langsung helikopter militer AS yang biasanya berpangkalan di Gdansk berputar-putar di area ini.
Kedua, ancaman Biden awal tahun ini dengan satu atau lain cara, (AS) akan mengakhiri Nord Stream. Ketiga, "pernyataan luar biasa" oleh Blinken.
Sementara itu, Jerman, Denmark, dan Swedia meluncurkan penyelidikan terpisah terhadap dugaan sabotase, media Jerman melaporkan masalah kepercayaan antara ketiga negara Uni Eropa tersebut.
Namun, tak satu pun dari mereka melibatkan spesialis Rusia, dengan dalih Moskow adalah kemungkinan penyebab di balik ledakan itu.
Meskipun demikian, Kementerian Pertahanan Rusia melakukan penyelidikan sendiri atas insiden tersebut.
Mereka sampai pada kesimpulan Angkatan Laut Kerajaan Inggris telah mengambil bagian dalam perencanaan dan pelaksanaan sabotase tersebut.
Namun, masih belum jelas mengapa The Washington Post memutuskan untuk kembali ke masalah tersebut pada akhir Desember 2022.
“Salah satu alasan dikeluarkannya artikel ini (dan artikel lain yang mungkin menyusul) adalah pengakuan kolektif barat atas kekalahan nyata Ukraina oleh Rusia dalam konflik tersebut,” kata Bennett.
“Selain itu, Uni Eropa saat ini sedang mengalami protes serius dan potensi gerakan revolusioner di negara mereka sendiri sebagai protes atas biaya energi yang tinggi dan efek serangan balik dari perang sanksi Amerika terhadap Rusia yang hanya berakhir merugikan ekonomi Eropa dan Amerika dan konsumen," katanya.
Mantan spesialis kontra-terorisme AS percaya para pemimpin Eropa sedang berjuang untuk mempersiapkan rencana tindakan alternatif ketika Ukraina akhirnya jatuh.
Alasan lain, menurut Bennett, mungkin juga karena rasa malu Uni Eropa baru-baru ini atas skandal korupsi yang melibatkan pejabat UE.
Dua minggu lalu, jaksa Belgia mendakwa empat orang dengan pencucian uang, korupsi, dan berpartisipasi dalam organisasi kriminal di Brussel.
Diduga aktor negara Timur Tengah berusaha mempengaruhi kebijakan UE dengan menyuap pejabat Parlemen Eropa.