Tetapi harus memikirkan juga bagaimana menyiapkan tenaga kesehatan, petugas kerumahtanggaan maupun petugas pengawas atau piket.
"Semua itu kan membutuhkan pembiayaan. Tidak hanya sekedar menyiapkan tempat saja. Sumber daya dan sumber dana, harus siap. Ini yang perlu dikordinasikan," kata dia.
Diketahui, Pemerintah Kabupaten Sleman mengeluarkan Instruksi Bupati (Inbup) nomor 14/2021 tentang pembentukan selter COVID-19 tingkat Kalurahan di masa pandemi.
Selter dibentuk sebagai langkah antisipasi, kesiapan, sekaligus keterlibatan Kalurahan dalam upaya menghadapi lonjakan kasus di wilayah setempat.
"Selter di Kalurahan ini sebagai wujud dari kesiapan Kalurahan untuk antisipasi (covid). Sehingga kesan selama ini, semua manajemen ada di Kabupaten, tidak seperti itu. Kalurahan harus jalan. Targetnya semua Kalurahan harus bisa menyediakan selter," kata Sekda Sleman, Harda Kiswaya.
Menurutnya, dalam Inbup yang mulai berlaku tanggal 14 Juni itu, mengharuskan setiap Kalurahan menyediakan selter dengan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kelurahan (APBKel).
Meski demikian, masyarakat juga diperbolehkan berpartisipasi dalam operasional dan pembiayaan Selter.
Pengelolaan selter meliputi gedung, sarana prasarana pendukung, logistik bagi penghuni maupun petugas, kemudian Sumber daya manusia yang meliputi tenaga kesehatan, petugas kerumahtanggaan dan petugas pengawas.
Baca juga: Tingkatkan Imunitas Tubuh, Dinkes Sleman Inisiasi Program Segar Manja
Nantinya, semua pasien positif dengan asimptomatik (gejala ringan) di Isolasi di selter kelurahan.
Isolasi mandiri diizinkan apabila pasien positif bergejala ringan dan di rumahnya memiliki fasilitas memadahi.
Yaitu, ruang kamar dan kamar mandi terpisah dengan anggota keluarga lainnya.
Kemudian, selter milik Kabupaten hanya digunakan ketika selter tingkat Kalurahan tidak cukup untuk menampung pasien.
Sebenarnya kebijakan tiap Kalurahan harus memiliki selter sudah lama dirancang di Sleman.
Namun selama ini belum terealisasi sepenuhnya. Masih banyak Kelurahan yang belum memiliki selter.
Menurut Harda, hal itu terjadi karena masih ada Kalurahan yang ragu-ragu.