“Bangun setengah empat pagi. Pertama, liat live streaming pantauan Merapi yang via CCTV, kalo cuaca cerah dan gunung terlihat ya nanti keluar ke lapangan,” kata Anggita.
Jika tidak, atau cuaca tidak bersahabat, mereka yang beraktivitas di rumah atau sekitar rumah saja.
Bantu orang tuanya beres-beres, atau iseng-iseng bikin konten dari rumah.
Baca juga: Batu Besar Pecahan Lava Merapi Meluncur Jauh Bergulung-gulung di Lereng
Seperti Aditya, ia beberapa kali membuat konten pantauan aktivitas gunung merapi dari depan tempat tinggalnya di tepi Kali Boyong.
Sementara Anggita juga pernah iseng membuat konten review home stay dan camping ground yang dikelola orang tua Aditya. Keduanya tinggal bertetangga.
Hobi baru sebagai youtuber cilik ini kata Anggit sudah diketahui guru-gurunya.
“Pak Hasan, guru olah raga nyuruh saya upload yang banyak,” kata Anggit diiringi derai tawa semringah.
Sedangkan orang tua mereka, senang-senang saja dan mendukung kegiatan baru, walau kerap sejak subuh dan hari masih gelap, mereka sudah keluyuran di GOR Kaliurang.
Anggota dan Aditya berpesan ke kawan-kawan sebayanya untuk tetap semangat, kreatif, dan melakukan kegiatan-kegiatan baru yang positif di tengah sistem belajar di rumah.
Mereka juga berharap, lewat bahasa mereka, gunung Merapi tetap “mandaliyem’.
Apa itu mandaliyem?
“Aman, terkendali, dan ayem,” kata keduanya serempak. (Tribunjogja.com/xna)