Baca tanpa iklan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Anak-anak, muda-muda-mudi, hingga orang tua terlihat menikmati waktunya berada di Wisdom Park UGM sore itu, Jumat (5/2/2021).
Raut wajah ceria mereka terpancar, di tengah taman yang sudah selesai dibangun semakin rapi itu.
Banyaknya tanaman dan pepohonan membuat taman yang terbentang dari pertigaan Fakultas Kedokteran Hewan UGM hingga perempatan Sagan ini memiliki udara yang bersih dan asri.
Orang yang datang tampak menghabiskan waktu untuk berolahraga, bermain skateboard, mengajak anak berjalan-jalan, bahkan memancing di sungai dan danau.
• Pakar Epidemiologi UGM: Pembatasan Mobilitas Harus Disertai 3T yang Sangat Masif Jika Ingin Berhasil
• Pakar UGM Jelaskan Penyebab Kerusakan DAM Mergangsan Kota Yogyakarta
Wisdom Park atau Taman Kearifan UGM memang dibuka untuk umum.
Hingga kini, wajah dan fasilitasnya terus ditambah dan dibenahi, menjadi semakin lengkap dan cantik.
Beberapa spot terbaru misalnya, Bukit Bestari, taman-taman yang semakin banyak ditumbuhi berbagai macam bunga, dan Danau Bijak yang semakin rapi.
Wisdom Park juga dilengkapi dengan fasilitas berolahraga yang mumpuni, semisal jogging track dan undak-undakan untuk melatih otot kaki.
Di danau dan embung yang mengalir di bawahnya, masyarakat dipersilakan untuk memancing ikan. Jenis ikan yang banyak ditemui ialah ikan nila.
Selain itu, ada ikan gabus, lele, dan bawal. Saat volume air sedang tinggi, sering pula ditemukan ikan besar di sana.
Jam operasional Wisdom Park UGM adalah setiap hari pukul 05.00-18.00 WIB.
Pengunjung paling ramai saat pagi dan sore hari.
Seorang pengunjung yang datang sore itu, Feby (29), yang tinggal di daerah Pogung, mengaku sering datang ke Wisdom Park UGM untuk berolahraga bersama suami atau mengajak jalan-jalan bayinya.
Ia mengaku senang bisa menghabiskan waktu di Wisdom Park UGM, namun sedikit mengeluhkan jalan-jalannya yang kurang ramah stroller.
"Sudah beberapa kali ke sini. Senang bisa ke sini karena sekarang sudah lebih bagus, udaranya asri. Bayi juga senang karena banyak taman-taman bunga dan danau. Namun, jalannya kurang ramah stroller," ujar alumnus Fakultas Kedokteran UGM itu yang datang bersama sang anak dengan stroller-nya.
Sementara itu, masyarakat lainnya, Nugroho tampak sedang memancing di sungai atau biasa disebut warga setempat dengan embung UGM.
Warga yang memang bertempat tinggal di samping embung tersebut ini mengaku, datang untuk memancing di sana 2-3 kali dalam seminggu.
"Sudah mancing di sini dari lama, sejak sebelum dibangun. Sekarang sudah dibangun jadi lebih bersih, lebih nyaman, dulu masih banyak ular. Sekarang juga masih ada, tetapi jarang. Ular piton liar," bebernya.
Menurutnya, dahulu di sekitar embung UGM hanya ada pohon pisang liar.
Namun, beberapa tahun belakangan sudah ditanami berbagai jenis pohon yang rapi.
Seperti, pohon buah-buahan dan kayu putih.
• Ratusan Orang Jalani Tes GeNose di Stasiun Tugu Yogyakarta, 6 Penumpang Terindikasi COVID-19
• Pakar Mikrobiologi UGM Paparkan Gejala dan Antisipasi Virus Nipah, Disebut Berpotensi Jadi Pandemi
Nugroho biasa datang untuk memancing saat sore atau pagi hari.
"Sore hari waktu makannya ikan," imbuhnya.
Ia mengatakan, siapa pun bebas memancing di sini. Namun, ada aturan tidak boleh menggunakan jaring, obat, atau pancing renteng tanpa umpan. (*)