Cerita Warga di Pemukiman Dekat TPST Piyungan, Bergelut dengan Bau Menyengat hingga Ancaman Longsor

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sutamto menunjukkan tanah cekung yang biasa menjadi jalur luapan air dari TPST Piyungan saat hujan deras datang.

Sebab, ketika hujan deras datang, kata dia, air bercampur limbah meluber masuk ke area pemukiman warga.

Hal tersebut menurutnya sangat menggangu. 

"Ini dua hal yang kami minta agar dipenuhi dulu. Lainnnya bisa menyusul," kata dia. 

Permintaan lain yang bisa dipenuhi menyusul adalah soal kebersihan.

Maryono mengatakan, warga meminta jalan perkampungan dari jembatan timbang sampai dermaga pembuangan agar rutin dibersihkan.

Jalan tersebut selama ini selalu digunakan lalu lalang kendaraan pengangkut sampah namun jarang dibersihkan.

Panjangnya sekitar 800 meter. 

Maryono, juru bicara warga di dekat TPST Piyungan menunjukkan saluran drainase yang butuh perbaikan. (Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin)

Permintaan lain, kata Maryono, adalah soal penerangan. Warga meminta jalan tersebut selain bersih juga dilengkapi dengan penerangan yang memadai. Selama ini kondisinya, kata dia, selain kotor juga gelap. 

"Kami juga meminta agar pemukiman diseputar lokasi TPST Piyungan ini rutin dilaksanakan fogging. Ini permintaan kami dua tahun lalu. Tapi belum terealisasi. Hanya ada beberapa kali saja kami di fogging, setelah itu tidak ada lagi," tuturnya. 

Menurutnya, fogging sangat dibutuhkan untuk mengusir lalat dan nyamuk yang selama ini banyak sekali seliweran terbang di area pemukiman warga.

"Sudah ada empat warga kami kena DBD. Jadi mohon, rutin di fogging," kata dia. 

Pantauan di lokasi, dermaga pembuangan saat ini dalam proses perbaikan. Sejumlah kendaraan berat sedang bekerja.

Begitu pula kendaraan pengangkut material, terlihat berlalu lalang diseputar TPST Piyungan.

Apabila semuanya sudah siap maka TPST Piyungan direncanakan akan kembali dibuka. 

( tribunjogja.com )

Berita Terkini