Dengan penuh penghayatan, remaja yang kini berkeseharian di Bogor ini memadukan warna merah, orange, kuning secara berlapis, dan setelah itu ditambahkan warna hitam, emas, dan coklat dengan teknik ditepuk. Warna-warna tersebut menurutnta sebagai gambaran batu-batu letusan merapi.
Baca juga: Kisah Warga di Perbatasan yang Terdampak Lockdown di Malaysia, Beli Elpiji 14 KG Seharga Rp1,5 Juta
Baca juga: Resep Menurunkan Kadar Kolesterol dari dr Zaidul Akbar, Penulis Jurus Sehat Rasulullah
Baca juga: Lewat PR Talk, Humas UII Ajak Mahasiswa Supaya Piawai Menulis Berita
"Ini saya bikin pas ada berita merapi naik level siaga. Saya lihat berita itu dari televisi. Saya berpesan warga di sekitar merapi bisa terus waspada," terang Gary.
Dalam pameran kali ini, Gary hanya membawa 67 lukisan abstrak yang beraneka tema. Pengunjung yang ingin menikmati pameran tersebut tidak dipungut biaya.
Sebelum menggelar pameran tunggal, karya lukisan Gary juga sempat dipajang dalam pameran internasional yang diselengarakan secara virtual Oktober lalu bertajuk A Help oleh International Association of Visual Artist (IAVA) yang diikuti oleh peserta dari 25 negara.
Selain itu, ia juga berkesempatan mengikuti pameran Kembulan#3 bertajuk Nguwongke atau memanusiakan manusia yang diselenggarakan oleh Lesbumi NU bersama Kemendikbud di Galeri R.J. Katamsi, ISI Yogyakarta belum lama ini.
Sebagai perupa muda yang lahir di era pandemi Covid-19 seperti saat ini, Gary memiliki keinginan untuk berdonasi dari hasil penjualan lukisan yang ia miliki.
Hal itu turut dibenarkan oleh sang ibu Bernaoletta Nawang Wulan yang saat ini rencana tersebut sudah dilakukan.
"Sudah kemarin. Dia memang ingin donasi karena melihat berita Covid-19 yang banyak masyarakat terdampak. Rencananya dua kali mau donasi dari hasil jualan lukisannya," tegas Wulan. (hda)