"Kalau tanda dari alam sekitar, kami tidak bisa menjawab, karena kami sudah berbasis teknologi. Jadi artinya bahwa merapi ini sudah dipantau dengan berbagai teknologi," terang Hanik.
• Ganjar Perintahkan Simulasi Evakuasi Bencana Merapi di Masa Pandemi
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso menjelaskan, dalam memantau gunung berapi prinsipnya yakni memantau proses migrasi magma menuju permukaan.
"Ada penambahan massa di dalam tubuh gunung, itu kita deteksi dengan berbagai metode-metode pemantauan," ungkap dia.
Dalam hal ini, pihaknya menggunakan tiga metode yakni metode seismik, deformasi, dan geokimia.
Mengenai metode deformasi, Agus menjelaskan, pendekatannya melihat perubahan bentuk dari gunung berapi meski dalam skala yang kecil sekali.
"Jadi itu diukur salah satunya dengan menggunakan alat yang namanya EDM. Alat itu bisa mengukur jika gunung itu merekah," ungkap Agus.
"Sebenarnya, penggembungan ini adalah gejala yang normal. Sebelum magma keluar, itu biasanya gunungnya merekah sedikit," imbuhnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dua Kemungkinan soal Penggembungan pada Tubuh Gunung Merapi..."