Penjelasan BPPTKG Soal Dua Kemungkinan Penggembungan Gunung Merapi Saat Ini

Editor: Rina Eviana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas Gunung Merapi mulai mereda, setelah ada letusan freatik terakhir yang terjadi pada Selasa (22/5/2018), pada pukul 01.47 WIB dini hari tadi.

TRIBUNJOGJA.COM -Saat ini Gunung Merapi mengalami perubahan bentuk. Gunung Merapi mengalami penggembungan dengan laju 0,5 sentimeter per hari.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida.

Hani menjelaskan semakin besar penggembungan dapat diindikasi bahwa Gunung Merapi akan mengalami erupsi.

Tangkapan visual Gunung Merapi, Jumat (12/6/2020) pukul 06.04 WIB via PGM Babadan. (twitter BPPTKG)

Tak hanya erupsi, penggembungan juga dapat mengindikasikan hal lain, yakni tumbuhnya kubah lava.

"Dari kubah lava itu yang akan kita tunggu perkembangan seterusnya," kata Hanik saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/7/2020).

Hanik mengungkapkan, penggembungan pada tubuh Merapi saat ini terjadi setelah letusan 21 Juni 2020 lalu.

Tepatnya, pada 22 Juni terus menggembung hingga kini.

"Bila dihitung mulai 22 Juni 2020 hingga hari ini Kamis (9/7/2020), lajunya 0,5 sentimeter per hari," ujar Hanik.

Sejak Letusan 21 Juni 2020, Gunung Merapi Alami Deformasi 7 Cm

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, total penggembungan sudah sebesar 7 sentimeter.

Saat disinggung terkait dengan dampak penggembungan, imbuhnya tidak menimbulkan persoalan yang terlalu besar.

"Ya jadi ini hal yang biasa dan normal, terutama untuk Gunung Merapi," jelas Hanik.

Saat ditanya soal tanda-tanda Gunung Merapi akan erupsi, Hanik menjelaskan beberapa ciri-cirinya.

"Tanda-tanda Merapi akan meletus, kalau seismisitasnya naik, deformasinya naik, gasnya naik, itu kemungkinan akan meletus," terang Hanik.

Kondisi Gunung Merapi pada Selasa 17 Maret 2020 pagi yang terantau dari PGM Kaliurang. (twitter BPPTKG)

Ia tidak bisa menjawab mengenai tanda-tanda dari alam sekitar bila Gunung Merapi akan mengalami erupsi.

Pasalnya, pihaknya telah menggunakan berbagai teknologi untuk mendeteksi dan mencatat aktivitas Merapi.

"Kalau tanda dari alam sekitar, kami tidak bisa menjawab, karena kami sudah berbasis teknologi. Jadi artinya bahwa merapi ini sudah dipantau dengan berbagai teknologi," terang Hanik.

Ganjar Perintahkan Simulasi Evakuasi Bencana Merapi di Masa Pandemi

Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso menjelaskan, dalam memantau gunung berapi prinsipnya yakni memantau proses migrasi magma menuju permukaan.

"Ada penambahan massa di dalam tubuh gunung, itu kita deteksi dengan berbagai metode-metode pemantauan," ungkap dia.

Dalam hal ini, pihaknya menggunakan tiga metode yakni metode seismik, deformasi, dan geokimia.

Mengenai metode deformasi, Agus menjelaskan, pendekatannya melihat perubahan bentuk dari gunung berapi meski dalam skala yang kecil sekali.

"Jadi itu diukur salah satunya dengan menggunakan alat yang namanya EDM. Alat itu bisa mengukur jika gunung itu merekah," ungkap Agus.

"Sebenarnya, penggembungan ini adalah gejala yang normal. Sebelum magma keluar, itu biasanya gunungnya merekah sedikit," imbuhnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dua Kemungkinan soal Penggembungan pada Tubuh Gunung Merapi..."

Berita Terkini