"Ada makna terpendam, dan ada simbol-simbol di dalamnya," ujarnya.
Eyyo pun juga mengapresiasi dengan sepenuhnya menikmati koleksi tanpa harus sibuk mengabadikan koleksi dengan gawai.
"Di satu sisi terlihat ekstrem, tapi justru ada dampak positif, orang fokus mau baca makna yang ditampilkan," kata Eyyo.
• Keraton Gelar Simposium Internasional Bahasa Jawa 2020
Terpisah, Aries Danu Jundan Susilo selaku koordinator penjaga pameran mengatakan, pengunjung tidak diperbolehkan memotret dan merekam untuk menghargai dan menghormati koleksi yang ada.
Setiap harinya ada 22 petugas yang berjaga dengan sistem shift, untuk memandu pengunjung.
"Ini memang tidak seperti pameran lainnya yang mungkin banyak didesain untuk berfoto. Karena kami menampilkan koleksi peninggalan Keraton Yogyakarta, jadi untuk menghormati," ujarnya.
Abalakuswa ini menjadi bagian dari rangkaian Tumbuk Ageng Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pameran ini digelar di kompleks Pagelaran Keraton Yogyakarta mulai 7 Maret hingga 4 April mendatang.
Pengunjung dapat datang setiap hari pada jam 9.00 - 16.00 untuk Senin - Kamis, dan jam 9.00-21.00 untuk hari Jumat - Minggu.
Tiket per orang seharga Rp5.000 didapatkan di loket yang tersedia. (TRIBUNJOGJA.COM)