Yogyakarta

Kisah Sujiman Selamat dari Gempa Jogja 2006, Hari Ini 13 Tahun Lalu Tak Ada Kokok Ayam Pagi Hari

Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: Iwan Al Khasni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tetenger atau monumen yang menjadi episentrum gempa bumi di kampung Protobayan Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul.

Namun tak sanggup. Sujiman lantas melarikan ke Rumah sakit Bethesda.

"Di Rumah sakit disarankan untuk dioperasi. Akhirnya saya bawa ke PKU Bantul. Dioperasi disana," cerita Sujiman.

Hari-hari pasca tragedi gempa, menjadi hari yang paling berat.

Sujiman beserta anggota keluarganya, dan warga terdampak lainnya tinggal di barak pengungsian. Barak ini terletak di gudang bekas kayu di kampung Protobayan.

Sujiman masih ingat betul. pasca gempa. Sabtu malam hujan turun dengan lebatnya. "Saya dan keluarga bernaung dibawah tenda, di barak pengungsian,"

Berkumpul bersama para korban lainnya, Sujiman mendengar informasi di kampungnya, Protobayan, ada sembilan orang meninggal dunia dan langsung dikebumikan hari itu juga secara bersamaan.

Hampir semua warga kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Perekonomian warga lumpuh.

Bahan makanan sulit didapatkan. Semua gotong-royong supaya bisa bertahan.

"Ada yang punya lembu. Terkena runtuhan rumah. Dan kelihatannya mau mati. Kita potong. Dagingnya kita masak bersama-sama,"

"Ada yang masih punya sayuran. Kita masak bersama. Kebersamaan itu yang membuat kita jadi kuat," ujar Sujiman.

Bergeser ke kampung lain.

Masih di Bantul, tepatnya di Desa Sumbermulyo Kecamatan Bambanglipuro.

27 Mei 2006 silam. Matahari masih belum menampakkan sinarnya dilangit timur pagi itu, ketika Masda Tanjung, terbangun dari tidurnya.

Beranjak dari tidur, murid kelas dua SMA 2 Bantul itu bergegas menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dibelakang rumahnya.

Halaman
1234

Berita Terkini