Pertama ditentukan pusat fondasi bangunan A, misalnya, selanjutnya di lokasi dipasangi tonggak untuk menentukan arah barat-timur, utara-selatan.
Memanfaatkan bayang-bayang sinar matahari pagi dan sore, dan bayang-bayang terpendek untuk menentukan arah selatan.
Selanjutnya dibuat segi empat dengan menentukan titik B, C dengan menempatkan susunan batu putih untuk leveling dan membuat sudut siku.
Setelah ketinggian fondasi banguan Candi Siwa mencapai 3 meter, dilakukan pengurugan. Bersamaan itu dilakukan penempatan susunan lapis fondasi Candi Wisnu dan Brahma.
Kesimpulan riset teknik sipil ini menurut Kabul dan Rifai'i, para perencana teknik dan arsitektur masa kuno sangat jenius.
Meski sederhana, mereka mampu membangun struktur tinggi dengan presisi, terutama sudut siku, peluruhan bidang vertikal maupun horisontal.
Tekniknya hanya menggunakan sipat dasar dengan memasang tonggak-tonggak pada jarak tertentu.
Bila dilihat tonggak-tonggak itu berimpit, maka tonggak-tonggak itu dalam posisi lurus.
Ukuran batu fondasi juga disesuaikan kemampuan angkut pekerja secara manual karena waktu itu belum ada alat berat pengangkut semacam crane, forklift, dan katrol.
Ukuran balok batu fondasi 50 cmx30 cmx20 cm dengan berat 70-80 kilogram.
Demikianlah garis besar teknik konstruksi pembangunan Candi Prambanan pada tahun 820an hingga 856 Masehi. (*)