Menguak Rahasia Arsitektur Candi Prambanan yang Kokoh dan Presisi

Penulis: Setya Krisna Sumargo
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Prambanan

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tahun 1733 adalah waktu di mana ada catatan tertulis pertama yang menginformasikan keberadaan reruntuhan kuil di wilayah Mataram.

Pencatatnya adalah CA Lons, seorang pegawai VOC.

Kelak, reruntuhan kuil kuno itulah yang kini dikenal sebagai Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang.

Ada pula yang menyebutnya komplek Siwagrha, sesuai nama sebuah prasasti yang mencatat peresmian bangunan suci HIndu itu pada 856 Masehi.

Thomas Stamford Raffles (1811-1816) mencatat dalam buku legendarisnya History of Java tentang Candi Prambanan. Crawffurd residen di Yogyakarta merintis penelitian arkeologis candi ini. 

Tahun 1885, Ijzerman untuk pertama kali membersihkan semak belukar dan pepohonan yang membelit komplek candi itu.

Begitulah bergelombang baik pada masa kolonialisme maupun kemerdekaan, Siwagrha diteliti dan semakin terkuak misterinya.

Kini, candi-candi indah terdiri bangunan utama Candi Siwa, yang diapit Candi Wisnu dan Brahma itu berdiri menjulang meski belum utuh benar. 

Masih ada 220 candi perwara yang belum direstorasi. Dilihat dari penampakannya, sungguh Prambanan adalah mahakarya arsitektur kelas dunia.

Pastinya, masih banyak yang belum tahu, bagaimana candi-candi batu itu dibangun menjulang di dataran Prambanan di tepi Kali Opak itu? 

Lapisan tanah di area yang menopang Candi Prambanan secara geologis berada di endapan gunung Merapi muda.

Ketebalan endapan ini sangat bervariasi. Di wilayah Sleman lapisannya ada yang mencapai 40 meter.

Secara garis besar, bangunan candi di Prambanan menerapkan sistem dinding ganda, yaitu kulit dan batu isian.

Bagian kulit terdiri susunan blok batu andesit, sedangkan isian susunan blok batu putih (tuff). 

Sistem penghubung antarbatu dikenal dengan istiah sambungan laki bini untuk sambungan vertikal.

Sedangkan sambungan batu horisontal menggunakan sistem ekor burung. Keduanya sistem sambungan lepas. 

Struktur bangunan yang ramping stabil terhadap gaya vertikal. Namun rentan gaya lateral seperti gempa. Apalagi gempa kuat juga bisa menimbulkan efek vertikal hingga memuntir. 

Diyakini gempa-gempa dahsyat pada masa lalu turut andil membuat candi ini runtuh, batunya berserakan selama beratus tahun, sebelum direstorasi secara bertahap.

Prof Dr Ir Kabul Basah Suryolelono dan Dr Ir Ahmad Rifa'i dari Fakultas Teknik (Sipil) UGM dalam laporan penelitiannya menguraikan, pada awalnya struktur dasar bangunan candi menggunakan teknologi fondasi yang sederhana. 

Sistemnya fondasi langsung, yang berarti menumpang langsung di atas tanah keras.

Semakin tinggi bangunan, semakin dalam konstruksi fondasinya. Jenisnya fondasi satu kaki. 

Tipe ini dipakai juga pada bangunan Candi Borobudur, Mendut, Kalasan, Muara Takus, Tugu Monas, menara TV Moskow, dan menara Berlin, atau bangunan cerobong, silo, dan monumen-monumen peringatan lain. 

Komplek Candi Prambanan menurut Kabul dan Rifa'i terletak di cekungan yang ditimbun. Permukaan asli tanah bervariasi di kedalaman antara 5 hingga 14 meter.

Kontur tanah miring dari arah barat laut ke tenggara posisi sekarang.

Lapisan dasar adalah tanah pasir campur kerikil yang dipadatkan, menumpang di tanah asli.

Di atas lapisan pemadatan ini baru ditempatkan batu andesit dan tuff sebagai fondasi utama, dan batu tuff sebagai lantai.

Dari segi teknis, penyusunan balok batu fondasi dimulai dari fondasi bangunan utama Candi Siwa, supaya nantinya tidak miring akibat tanah dasar fondasinya tidak rata. 

Penempatan batu fondasi lapis demi lapis dikontrol sangat baik, sekaligus untuk menentukan sudut sikunya.

Penyusunan fondasi ini tidak serta merta diikuti pengurugan, guna untuk mengontrol susunan vertikal maupun horisontal.

Pola denah fondasi mengikuti rencana bangunan candi yang akan dibangun di atasnya.

Pertama ditentukan pusat fondasi bangunan A, misalnya, selanjutnya di lokasi dipasangi tonggak untuk menentukan arah barat-timur, utara-selatan. 

Memanfaatkan bayang-bayang sinar matahari pagi dan sore, dan bayang-bayang terpendek untuk menentukan arah selatan. 

Selanjutnya dibuat segi empat dengan menentukan titik B, C dengan menempatkan susunan batu putih untuk leveling dan membuat sudut siku. 

Setelah ketinggian fondasi banguan Candi Siwa mencapai 3 meter, dilakukan pengurugan. Bersamaan itu dilakukan penempatan susunan lapis fondasi Candi Wisnu dan Brahma.

Kesimpulan riset teknik sipil ini menurut Kabul dan Rifai'i, para perencana teknik dan arsitektur masa kuno sangat jenius.

Meski sederhana, mereka mampu membangun struktur tinggi dengan presisi, terutama sudut siku, peluruhan bidang vertikal maupun horisontal.

Tekniknya hanya menggunakan sipat dasar dengan memasang tonggak-tonggak pada jarak tertentu.

Bila dilihat tonggak-tonggak itu berimpit, maka tonggak-tonggak itu dalam posisi lurus. 

Ukuran batu fondasi juga disesuaikan kemampuan angkut pekerja secara manual karena waktu itu belum ada alat berat pengangkut semacam crane, forklift, dan katrol. 

Ukuran balok batu fondasi 50 cmx30 cmx20 cm dengan berat 70-80 kilogram.

Demikianlah garis besar teknik konstruksi pembangunan Candi Prambanan pada tahun 820an hingga 856 Masehi. (*)

Berita Terkini