Tradisi Saparan
Tradisi Saparan Lereng Gunung Andong, Warga Mantran Wetan Magelang Kirab Tumpeng dan Ingkung
Saparan pada Rabu Pahing di bulan Sapar di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
Tahun ini juga dimeriahkan pentas kesenian seperti wayang kulit dan pertunjukan lainnya.
Tercatat ada sekitar 155 kepala keluarga yang berpartisipasi, masing-masing memberikan iuran untuk biaya kegiatan.
Namun, menurut Supadi, biaya yang dikeluarkan warga di rumah masing-masing untuk jamuan tamu bisa jauh lebih besar, bahkan puluhan kali lipat dari iuran.
Hal itu terjadi karena tradisi mengundang keluarga dan kerabat berlangsung sejak pagi hingga larut malam.
“Kalau rata-rata per KK itu sekitar 5–6 juta, bisa sampai 10 juta per KK untuk uborampe konsumsi,” ujarnya.
Bagi warga, jamuan ini merupakan bentuk sedekah yang terasa belum lengkap jika tamu belum duduk, makan, lalu pamit pulang.
Kepala Dusun Mantran Wetan, Handoko menuturkan, pelaksanaan Saparan di kampungnya tidak pernah lepas dari penentuan hari Rabu Pahing.
Ia mengingatkan cerita lama ketika pelaksanaan dipindah ke hari lain dan berakibat nasi tumpeng yang dibawa pulang warga menjadi basi.
Sejak itu, warga berpegang pada hari pelaksanaan yang sudah diwariskan leluhur.
"Sehingga sampai saat ini dipertahankan harinya itu tetap hari Rabu Pahing. Kalaupun di bulan Safar tidak ada hari Rabu Pahing, makanya kita pindah ke bulan Mulud yang tepat pada hari Rabu Pahing,” urainya.
Sebelum pentas wayang kulit, ada pertunjukan wajib jaran kepang papat yang dimainkan empat orang.
Kuda kepang dicat hijau dan kuning, dengan dua penari membawa pedang dan dua lainnya membawa bendera, diiringi tiga bende dan satu terbang.
Handoko menegaskan, pertunjukan ini bukan bentuk kemusyrikan, melainkan bagian dari kepercayaan dan tradisi masyarakat setempat.
“Kita bukannya musyrik, tapi kita punya kepercayaan dan punya keyakinan. Kalau misalkan jaran kepang papat itu tidak dipentaskan mungkin ada efek negatifnya yang kita rasakan,” ujarnya.
Supadi menambahkan, pementasan jaran kepang papat merupakan wangsit dari para sesepuh dan dianggap sebagai pusaka sekaligus sumber kekayaan dusun.
Warna hijau pada kuda jantan melambangkan kemakmuran, sedangkan kuning pada kuda betina melambangkan kemurnian, kesucian, dan kerelaan hati warga. (tro)
Baca juga: Lomba Bapak-bapak Masak Nasi Goreng Magelangan di Pemkab Magelang
AS dan China Perpanjang Gencatan Tarif hingga November, Negosiasi Berlanjut |
![]() |
---|
Jogja Jadi Latar! Tabola-Bale dan Lagu Viral Ini Ternyata Syuting di Sini |
![]() |
---|
Wapres Gibran Serahkan Undangan Upacara HUT Kemerdekaan kepada Try Sutrisno |
![]() |
---|
Demo Pati Berakhir Ricuh, Mobil Polisi Dibakar, Massa Paksa Masuk Pendopo |
![]() |
---|
Nelayan di Kulon Progo Diminta Waspadai Peningkatan Ketinggian Gelombang Laut Hingga 2,5 Meter |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.