Analisa Pengamat Ekonomi UAJY soal Fenomena Makan Tabungan, Masyarakat Bobol Celengan karena
Proporsi pendapatan konsumen untuk tabungan turun dari bulan sebelumnya, dari 14,1 persen menjadi 13,7 persen.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bank Indonesia mencatat proporsi pendapatan konsumsi meningkat namun rata-rata proporsi pendapatan yang ditabung pada periode Juli 2025.
Dalam Survei Indeks Keyakinan Konsumen Juli 2025, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi meningkat dari bulan sebelumnya, dari 75,1 persen menjadi 75,4 persen.
Sementara proporsi konsumsi terhadap pendapatan terindikasi meningkat pada sebagian besar kelompok pengeluaran, terutama Rp 1-2 juta.
Sedangkan proporsi pendapatan konsumen untuk tabungan turun dari bulan sebelumnya, dari 14,1 persen menjadi 13,7 persen. Proporsi pendapatan yang ditabung turun, terutama pada kelompok pengeluaran Rp 3,1 - 4 juta.
Pengamat Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo mengatakan ada kemungkinan pendapat masyarakat turun, namun kebutuhan untuk konsumsi yang meningkat. Kondisi ini dialami oleh masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap, seperti petani, pengusaha, wirausaha, pedagang, dan lainnya.
Di sisi lain, ada kemungkinan pendapatan tetap, namun konsumsi meningkat. Hal ini dialami oleh masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, seperti karyawan swasta, dosen, ASN, dan lain-lain.
“Sebenarnya kalau ditarik garis yang lebih luas, fenomena ‘makan tabungan’ tidak lepas dari fenomena akhir tahun lalu, jumlah kelompok menengah turun karena banyak PHK, dan sebagainya. Dan lagi, itu masyarakat berpenghasilan tidak tetap, padahal kebutuhan cenderung meningkat, karena inflasi,” katanya, Rabu (13/08/2025).
“Penghasilan relatif ajeg atau tetap, kebutuhan meningkat, di luar kebutuhan rutin, misalnya untuk keperluan anak sekolah. Kan ada yang menabung untuk berjaga-jaga, biaya sekolah, biaya kuliah, akhirnya kan harus mengambil tabungan. Bisa juga karena masalah kesehatan atau lainnya, ya sebenarnya (tabungan) untuk jaga ke depan,” sambungnya.
Menurut dia, tren menurunnya jumlah tabungan masyarakat berkaitan dengan kondisi ekonomi makro. Ekonomi global masih belum baik, akhirnya berdampak ke ekonomi nasional dan daerah.
Dari sisi mikro, dunia usaha saat juga belum sepenuhnya pulih dari pandemi COVID-19. Ancaman PHK masih mungkin terjadi. Ia pun memperkirakan tren tabungan menurun masih akan terjadi hingga akhir tahun 2025.
“Meskipun ekonomi Indonesia tumbuh diluar perkiraan ya, tumbuh 5,12 persen, tetapi pertumbuhannya sektoral, belum merata. Kondisi makro dan mikro juga belum pulih, tentu ini juga berdampak ke ekonomi daerah,” imbuhnya. (maw)
Tim Abdimas FISIP UAJY dan Ukrim Sukses Kembangkan Teknologi Pengering Tenaga Surya |
![]() |
---|
Wow! Total Hadiah Rp3 M, BPD DIY Tuan Rumah Undian Nasional ke-36 Tabungan Simpeda |
![]() |
---|
KAMAJAYA Scholarship Rayakan HUT ke-8, Terus Nyalakan Harapan bagi Mahasiswa |
![]() |
---|
UAJY Kukuhkan Prof. Dr. I Putu Sugiartha Sanjaya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Akuntansi |
![]() |
---|
UAJY Gelar KKN Fest 2025 di Gunungkidul, Siap Berkontribusi untuk Kemajuan UMKM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.