Potret Mandeh Kini: Surga di Selatan Sumbar yang Belum Diberi Atap

Mandeh di pesisir selatan Sumatera Barat (Sumbar) terlalu indah untuk disebut terabaikan, tapi terlalu sepi untuk disebut siap.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
PERBUKITAN - Penampakan perbukitan yang ada di kawasan wisata Mandeh di Kecamatan Koto IX Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat 

Tak hanya soal penginapan, sektor kuliner dan oleh-oleh juga belum berkembang sepenuhnya.

Belum ada produk khas Mandeh yang melekat di benak wisatawan.

“Orang datang ke sini, tapi belanjanya di Padang. Kan kita rugi. Kita harus dorong UMKM, terutama di bidang kuliner. Selama ini belum ada makanan khas atau produk olahan yang benar-benar dibawa pulang dari sini,” jelasnya.

Nur Laini berharap peran sektor swasta bisa menjadi pemantik, agar geliat ekonomi lokal tak hanya menggantung pada momentum musiman.

“Banyak hal yang harus kita benahi bersama. Masyarakat siap, tapi butuh dorongan, terutama investasi yang bisa mendongkrak potensi kami,” jelasnya.

Geliat Wisata

Dulu, masyarakat di pesisir Mandeh hidup dari laut dan ladang. Sebagian besar adalah nelayan, sebagian lagi petani.

Mereka menggantungkan hidup pada musim, pada cuaca yang kadang bersahabat, kadang tidak.

Namun, segalanya mulai berubah sejak satu momen bersejarah pada 2016.

Saat itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendarat dengan helikopter di Puncak Paku, sebuah titik tinggi yang menghadap langsung ke laut dan gugusan pulau-pulau Mandeh.

Sejak saat itu, jalan-jalan dibuka, proyek infrastruktur dikerjakan siang malam, dengan target yang dikejar cepat. Mandeh pun mulai bersolek.

“Masyarakat kemudian mulai beralih ke sektor pariwisata,” katanya.

FAVORIT - Potret Pulau Pagang, berjarak 30 menit dari pesisir selatan Pulau Sumatera dengan menggunakan kapal. Pulau ini menjadi destinasi wisata favorit wisatawan lantaran memiliki pasir putih halus dan indah
FAVORIT - Potret Pulau Pagang, berjarak 30 menit dari pesisir selatan Pulau Sumatera dengan menggunakan kapal. Pulau ini menjadi destinasi wisata favorit wisatawan lantaran memiliki pasir putih halus dan indah (Tribun Jogja/ Ardhike Indah)

“Dibandingkan dengan nelayan, yang sangat tergantung cuaca, pariwisata memberi peluang (ekonomi) yang lebih stabil. Kapan saja bisa jalan,” tambahnya.

Peralihan itu membawa harapan baru. Ada yang mulai membuka homestay kecil-kecilan, ada yang menyewakan perahu, ada pula yang menjual makanan untuk wisatawan.

“Pendapatannya naik dua kali lipat ya. Kalau di hari kerja, mereka menjadi nelayan, tapi kalau di akhir pekan, mereka sewakan kapal-kapal ke wisatawan yang ingin jalan-jalan ke pulau-pulau itu. Ada 1.000 kapal di sini,” jelas dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved