Puluhan Ribu Warga Gunungkidul Terancam Kekurangan Air Bersih

Data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, sedikitnya 24.137 jiwa berpotensi terdampak kekeringan tahun ini.

Dok istimewa
APEL SIAGA : Bupati Gunungkidul saat memeriksa kelengkapan kendaraan untuk siaga bencana, pada Jumat (25/7/2025) 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Musim kemarau yang mulai terasa di berbagai wilayah menimbulkan kekhawatiran akan krisis air bersih di Kabupaten Gunungkidul.

Data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, sedikitnya 24.137 jiwa berpotensi terdampak kekeringan tahun ini.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Sumadi, mengatakan pendataan masih berlangsung dan jumlah warga yang terancam krisis air bersih kemungkinan bertambah. 

Hingga akhir Juli, baru tujuh kapanewon melaporkan wilayah rawan kekeringan, yakni Tanjungsari, Girisubo, Karangmojo, Panggang, Saptosari, Rongkop, dan Ponjong.

"Angka itu masih bisa berubah karena sebelas kapanewon lainnya belum menyerahkan laporan,” ujarnya, Minggu (3/8/2025).

Meskipun hingga kini belum ada permintaan resmi droping air, pihaknya menyiapkan 1.500 tangki untuk membantu warga yang membutuhkan. 

"Kami imbau bagi kapanewon segera mengirimkan data kekeringan sebagai dasar penyaluran bantuan air bersih. Walaupun kemarau tahun ini tergolong kemarau basah sehingga permintaan air belum banyak, kami tetap siaga dengan armada tangki,” kata Sumadi.

Sementara itu, sejumlah wilayah mulai mengambil langkah antisipasi, seperti yang dilakukan Kepala Jawatan Sosial Kapanewon Girisubo, Giyatno.

Pihaknya memetakan setidaknya empat kalurahan diperkirakan membutuhkan bantuan air bersih, yakni Songbanyu, Pucung, Jerukwudel, dan Nglindur.

“Kami alokasikan anggaran Rp75,6 juta untuk pengadaan air bersih. Penyaluran sudah mulai dilakukan pekan ini dengan sasaran warga yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya.

Menurutnya, pengiriman air dilakukan berdasarkan permintaan resmi dari pemerintah kalurahan.

Warga yang belum terakses layanan PDAM menjadi prioritas, mengingat jaringan air perpipaan di wilayah itu belum merata dan alirannya kerap tersendat.

“Instalasi PDAM memang sudah masuk, tetapi distribusinya belum lancar. Saat kemarau seperti sekarang, banyak warga yang akhirnya bergantung pada bantuan air bersih,” pungkasnya. (ndg)

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved