Forkom PPBN: Kebaya Sebagai Wujud Cinta pada Budaya Nusantara

Kebaya telah menjadi bagian dari budaya nusantara selama berabad-abad dan terus berevolusi mengikuti zaman.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
KEBAYA - Forkom PPBN dalam peringatan Hari Kebaya Nasional yang diselenggarakan di Museum Dirgantara Yogyakarta, Sabtu (26/7/2025) lalu 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Edukasi tentang kebudayaan bangsa semestinya diwariskan secara turun-temurun agar nilai-nilai luhur tidak terkikis oleh zaman.

Salah satu simbol budaya yang merepresentasikan identitas perempuan Indonesia adalah kebaya.

Busana ini tidak hanya mencerminkan keanggunan dan kecantikan perempuan, tetapi juga menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan dan dikenakan dalam keseharian.

Hal tersebut ditegaskan oleh Forum Komunikasi Perempuan Pelestari Budaya Nusantara (FORKOM PPBN) Yogyakarta dalam peringatan Hari Kebaya Nasional yang diselenggarakan di Museum Dirgantara Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Peringatan ini merupakan lanjutan dari gelaran perdana bertajuk "Pagelaran Seni dan Budaya Nusantara: 1000 Perempuan Berkebaya" yang sukses digelar tahun 2024 lalu di Ballroom Malika, Sleman City Hall.

Ketua FORKOM PPBN, Diyah Yuliana Kentjanawatty, menjelaskan bahwa forum ini terdiri dari individu dan kelompok yang konsisten melestarikan budaya nusantara.

“Kami berkolaborasi dengan komunitas, organisasi, serta pelaku seni dan budaya untuk menjaga kelestarian budaya bangsa melalui semangat saling asah, asih, dan asuh,” ujarnya, Minggu (27/7/2025).

Diyah juga menyampaikan bahwa kebaya adalah simbol identitas perempuan Indonesia yang menyatukan berbagai lapisan sosial dan wilayah.

Kebaya telah menjadi bagian dari budaya nusantara selama berabad-abad dan terus berevolusi mengikuti zaman.

Sebagai bentuk sinergi pelestarian budaya, FORKOM PPBN juga berkolaborasi dengan Wanita Angkatan Udara (WARA) Yogyakarta dalam penyelenggaraan acara ini.

Paniradya Pati Keistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho, yang hadir mewakili Gubernur DIY, memberikan apresiasi terhadap kebaya sebagai simbol nilai-nilai luhur yang diwariskan antargenerasi.

“Dari kebaya tercermin jati diri perempuan Indonesia: lembut dalam tutur, namun kuat dalam peran dan pengabdian. Warisan ini mengandung filosofi cinta, keteguhan, hormat, dan keindahan. Kebaya dikenakan dalam prosesi sakral, panggung budaya, ruang publik, hingga keseharian, sebagai penanda identitas dan kebanggaan perempuan Jawa,” ungkap Aris.

Acara ini diramaikan oleh berbagai komunitas pelestari budaya, pelaku seni, pelajar, mahasiswa, perwakilan desa, instansi, dan masyarakat umum.

Mengusung tema "Sayap Perempuan, Kebaya Nusantara", acara ini menjadi simbol kekuatan dan kelembutan perempuan Indonesia.

Berbagai pertunjukan ditampilkan, mulai dari musik angklung kolosal, tari massal, parade 2025 perempuan berkebaya, hingga pameran UMKM. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved