Mural Gajah Mada Menyepuh Emas Tribrata, Wujud Kepedulian Perupa Kampung Ratmakan pada Polri
Dalam mural itu juga tertulis jelas pesan Tribrata Iku Wasiat, Dudu Tamenging Tumindak Ala
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Para perupa di Kampung Ratmakan, Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Yogyakarta membuat karya seni Mural untuk mengutarakan kepeduliaanya pada institusi Polri.
Mereka membuat karya seni rupa yang berisi tentang keluh kesah masyarakat terhadap kinerja segelintir oknum kepolisian yang menciderai makna wasiat Tribrata Patih Gajah Mada.
Dalam mural itu juga tertulis jelas pesan Tribrata Iku Wasiat, Dudu Tamenging Tumindak Ala (Tribrata itu wasiat, bukan tameng untuk menutupi tindakan jahat).
Aksi mural tersebut lahir atas dasar kecintaan dan kepedulian Komunitas Perupa Kampung Ratmakan terhadap Polri yang didukung penuh oleh Ketua RW Kampung Wisata Ratmakan, Nur Oryza Argo.
Mural itu berada disebuah tembok sepanjang 10 meter menghadap ke selatan, tepatnya di Jalan Suryotomo, atau sisi Timur Pasar Beringharjo.
Dalam karya tersebut, Gajah Mada divisualisasikan keluar dari dinding dengan tangan kanan memegang logo Tribrata sebagai simbol keprihatinan atas kondisi Polri saat ini.
Ekspresi dari sosok Patih Kerajaan Majapahit itu juga digambarkan sangat marah.
Sementara kedua tangannya tampak memegang dua objek berbeda.
Tangan kanan sosok Gajah Mada divisualkan memegang keping emas Tribrata yang menjadi simbol Polri.
Simbol Tribrata itu hendak disepuh layaknya emas yang dibersihkan agar bersinar kembali.
Sementara tangan kirinya memegang beberapa boneka yang mengenakan seragam coklat menyerupai sosok anggota Polri.
"Tangan kanannya (Gajah Mada) memegang simbol Polri, yang artinya simbol institusi Polri itu suci. Harus perlu dijaga. Sedangkan tangan kirinya itu mencincing oknum Polisi yang tidak mengayomi rakyatnya, tidak sesuai Tribrata," jelas Argo, ditemui, Selasa (29/7/2025).
Argo menuturkan karya Mural itu murni lahir atas dasar kepeduliannya dengan institusi Polri.
Dia menyampaikan semangat Bhayangkara yang hari ini coba diwarisi oleh Polri dalam realitasnya saat ini, ditengah beratnya beban tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga keamanan serta melayani masyarakat juga menghadapi tantangan permasalahan internal yang akan dapat berpotensi menjauhkan dari semangat awal Bhayangkara.
"Banyak anggota kepolisian yang kini justru menjadi pelaku pelanggaran hukum dan ketidaktertiban, alih-alih menjadi penjaga hukum, ketertiban, dan hak-hak sipil rakyat,”tegasnya.
Penghapusan Mural One Piece, Pakar Komunikasi UMY: Pemerintah Gagal Membaca Kultur Pop Generasi Z |
![]() |
---|
Mural One Piece di Temuwuh Kidul Dihapus, Kini Berganti Graffiti Kekecewaan |
![]() |
---|
Mural One Piece di Temuwuh Kidul Juga Dihapus, Pemuda: Ketakutan Pemerintah, Cerminan Mereka Sendiri |
![]() |
---|
Mural One Piece Sebentar Saja Menempel di Tembok Kampung Triharjo, Hilang Setelah Didatangi Aparat |
![]() |
---|
Mural One Piece di Triharjo Sleman Didatangi Aparat, Lalu Dihapus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.