Mural Gajah Mada Menyepuh Emas Tribrata, Wujud Kepedulian Perupa Kampung Ratmakan pada Polri

Dalam mural itu juga tertulis jelas pesan Tribrata Iku Wasiat, Dudu Tamenging Tumindak Ala

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
MURAL: Para komunitas perupa Kampung Ratmakan Jogja mengerjakan mural wujud kepedulian Polri, Selasa (29/7/2025) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Para perupa di Kampung Ratmakan, Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Yogyakarta membuat karya seni Mural untuk mengutarakan kepeduliaanya pada institusi Polri.

Mereka membuat karya seni rupa yang berisi tentang keluh kesah masyarakat terhadap kinerja segelintir oknum kepolisian yang menciderai makna wasiat Tribrata Patih Gajah Mada.

Dalam mural itu juga tertulis jelas pesan Tribrata Iku Wasiat, Dudu Tamenging Tumindak Ala (Tribrata itu wasiat, bukan tameng untuk menutupi tindakan jahat).

Aksi mural tersebut lahir atas dasar kecintaan dan kepedulian Komunitas Perupa Kampung Ratmakan terhadap Polri yang didukung penuh oleh Ketua RW Kampung Wisata Ratmakan, Nur Oryza Argo.

Mural itu berada disebuah tembok sepanjang 10 meter menghadap ke selatan, tepatnya di Jalan Suryotomo, atau sisi Timur Pasar Beringharjo.

Dalam karya tersebut, Gajah Mada divisualisasikan keluar dari dinding dengan tangan kanan memegang logo Tribrata sebagai simbol keprihatinan atas kondisi Polri saat ini. 

Ekspresi dari sosok Patih Kerajaan Majapahit itu juga digambarkan sangat marah.

Sementara kedua tangannya tampak memegang dua objek berbeda.

Tangan kanan sosok Gajah Mada divisualkan memegang keping emas  Tribrata yang menjadi simbol Polri.

Simbol Tribrata itu hendak disepuh layaknya emas yang dibersihkan agar bersinar kembali.

Sementara tangan kirinya memegang beberapa boneka yang mengenakan seragam coklat menyerupai sosok anggota Polri.

"Tangan kanannya (Gajah Mada) memegang simbol Polri, yang artinya simbol institusi Polri itu suci. Harus perlu dijaga. Sedangkan tangan kirinya itu mencincing oknum Polisi yang tidak mengayomi rakyatnya, tidak sesuai Tribrata," jelas Argo, ditemui, Selasa (29/7/2025).

Argo menuturkan karya Mural itu murni lahir atas dasar kepeduliannya dengan institusi Polri.

Dia menyampaikan semangat Bhayangkara yang hari ini coba diwarisi oleh Polri dalam realitasnya saat ini, ditengah beratnya beban tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga keamanan serta melayani masyarakat juga menghadapi tantangan permasalahan internal yang akan dapat berpotensi menjauhkan dari semangat awal Bhayangkara. 

"Banyak anggota kepolisian yang kini justru menjadi pelaku pelanggaran hukum dan ketidaktertiban, alih-alih menjadi penjaga hukum, ketertiban, dan hak-hak sipil rakyat,”tegasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved