Jamasan Tombak Kyai Agnya Murni, Bupati Bantul Sucikan Pusaka Pemberian Kraton Yogayakarta
Prosesi tradisi jamasan pusaka tombak Kyai Agnya Murni dimulai dengan doa bersama yang dilakukan di dalam Rumah Dinas Bupati Bantul.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Bupati Bantul bersama para abdi dalam Keraton Ngayogyakarta melakukan tradisi jamasan pusaka tombak Kyai Agnya Murni di Rumah Dinas Bupati Bantul, di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Jumat (25/7/2025) pagi.
Momen jamasan pusaka itu dilaksanakan setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa.
Tradisi jamasan ini dilakukan dengan mengenakan busana jawa dan diiringi alunan musik gamelan.
Prosesi tradisi jamasan pusaka tombak Kyai Agnya Murni dimulai dengan doa bersama yang dilakukan di dalam Rumah Dinas Bupati Bantul.
Setelah itu, Bupati Bantul dan rombongan abdi dalem keluar membawa tombak pusaka menuju pendopo Rumah Dinas Bupati Bantul untuk melakukan prosesi jamasan.
Dalam kesempatan itu, Bupati Bantul, turut terlihat menyiram pusaka tombak Kyai Agnya Murni dengan air suci.
Kemudian, tombak tersebut dilap menggunakan kain mori, diberi minyak wangi, dan mengganti bunga melati yang berada di ujung tombak Kyai Agnya Murni.
Setelah itu, terdapat prosesi jamasan pengiring tombak Kyai Agnya Murni dan jamasan seluruh pusaka dari 17 kapanewon di Bumi Projotamansari. Tidak hanya itu saja, koleksi pusaka dari kolektor juga turut ikut tradisi siraman pusaka.
Baca juga: Jamasan Tosan Aji, Ikhtiar Merawat Warisan Budaya di Gunungkidul
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan upacara jamasan pusaka yang diselenggarakan pada hari ini juga merupakan ungkapan rasa hormat kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang telah menganugrahkan pusaka keberanian kepada Kabupaten Bantul berupa tombak bernama Kyai Agnya Murni.
"Pusaka adalah warisan budaya yang disakralkan oleh agama, artinya tombak melambangkan persatuan kita dengan Tuhan. Agnya Munri memiliki makna perintah atau aturan," jelasnya.
Menurutnya, hal-hal tersebut sejalan dengan visi Bantul Bumi Satriya. Hal itulah menjadi semangat masyarakat Kabupaten Bantul yang selalu berpegang teguh pada karakter kesatria Mataram: pedang, greget, senguh, tak mingkuh, menebarkan karakter kokoh tombak pusaka "kyai agnya murni".
"Marilah kita semua bersama-sama senantiasa bersatu dalam hasrat menikmati indahnya keragaman di Bantul," tuturnya.
Senada, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Yanatun Yunadiyana, berujar, jamasan pusaka menjadi adat adiluhur dan bukan hanya seremonial semata, tapi juga memiliki makna menyucikan jiwa dan raga memohon kepada Allah agar selalu diberikan kesejahteraan serta keselamatan.
"Pusaka yang menjadi lambang kekuatan dan kemuliaan merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan diuri-uri. Mari kita terus menjaga dan melestarikan tradisi yang sudah ada," ujarnya.(nei)
Dari Yogyakarta ke Ternate: Pataka JKPI Resmi Berpindah Tangan |
![]() |
---|
Kesuksesan Rakernas Perkuat Posisi Kota Yogyakarta sebagai Pusat Kebudayaan Nasional |
![]() |
---|
Rakernas JKPI ke-11, Sri Sultan HB X: Jangan Terjebak Pelestarian Pusaka yang Sekadar Fisik |
![]() |
---|
Kota Yogyakarta Jadi Tuan Rumah JKPI dan Ditetapkan Sebagai Ibu kota Budaya Indonesia 2025/2026 |
![]() |
---|
Kota Yogyakarta Siap Jadi Tuan Rumah Musyawarah Nasional JKPI, 58 Daerah Dipastikan Hadir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.