Tingkatkan Kesiapsiagaan, Dinkes Gunungkidul Latih Tenaga Gizi Hadapi Bencana
Pelatihan ini diikuti sebanyak 30 tenaga kesehatan dari seluruh puskesmas dan unsur Dinas Kesehatan Gunungkidul terkait.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu daerah di DIY yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, mulai dari kekeringan, tanah longsor, hingga gempa bumi.
Kondisi ini mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan melalui Pelatihan Gizi Bencana kepada tenaga kesehatan di wilayahnya.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Gunungkidul, dr Trianawati, mengatakan pelatihan ini diikuti sebanyak 30 tenaga kesehatan dari seluruh puskesmas dan unsur Dinas Kesehatan Gunungkidul terkait.
"Mereka terdiri dari nutrisionis, analis kesehatan, dan dokter. Materi pelatihan mencakup kebijakan penanganan gizi dalam situasi bencana, manajemen respon gizi di masa tanggap darurat, hingga simulasi penanganan melalui role play," terangnya saat dikonfirmasi pada Kamis (24/7/2025).
Ia menambahkan, pelayanan gizi saat bencana menjadi aspek penting, khususnya bagi bayi, balita, ibu hamil dan menyusui, lansia, penyandang disabilitas, serta warga dengan penyakit kronis.
“Dengan pelatihan ini, kami harap peserta bisa memberikan intervensi yang tepat untuk mencegah lonjakan kasus malnutrisi, kesakitan, hingga kematian saat bencana,” ujarnya.
Berbeda dari pelatihan teknis biasanya, dia menuturkan, para peserta juga diajak menyusun rencana tanggap gizi berbasis wilayah kerja masing-masing.
Baca juga: Bupati Gunungkidul Larang Buah Impor di Kegiatan Pemerintahan, Ini Alasannya
Harapannya, mereka tidak hanya siap secara individu, tapi juga mampu menginisiasi sistem tanggap darurat berbasis komunitas.
"Pelatihan ini menjadi langkah awal dari upaya panjang membangun sistem kesehatan tangguh di daerah rawan bencana. Kami menargetkan pelatihan serupa akan terus digelar dengan topik-topik tematik yang lebih spesifik, sesuai dengan tantangan lokal di Kabupaten Gunungkidul," ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, mengatakan pelatihan ini merupakan program dari Kementerian Kesehatan RI.
Hal ini juga merespon masih ditemukannya kasus gizi buruk di Bumi Handayani.
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan tahun 2015-2020 menunjukkan besaran masalah gizi di Kabupaten Gunungkidul meliputi balita pendek mengalami penurunan.
Terjadi penurunan kasus balita stunting dari tahun 2019 dibanding tahun 2020 sebesar 0,51 persen.
Angka tersebut jika dibanding dengan standar WHO sudah dibawah standar (20 persen ) tetapi dibanding dengan pencapaian standar nasional untuk menurunkan angka prevalensi stunting pada Balita sebesar 14 persen pada tahun 2024, maka Gunungkidul harus mengejar penurunan stunting dengan kerja yang lebih optimal.
"Tingginya angka stunting di Kabupaten Gunungkidul banyak dipengaruhi oleh kondisi ibu hamil yang Anemia serta Kurang Energi Kronis (KEK). Selain itu juga banyak dilahirkan balita yang lahir pendek maupun berat bayi lahir rendah dari ibu yang melahirkan kurang dari 18 tahun (ibu masih termasuk golongan usia anak)," urainya. (*)
Temuan Kasus Aktif TBC di Gunungkidul Rendah, Dinkes: Periksa Jika Bergejala |
![]() |
---|
Pemkab Gunungkidul Pastikan Semua Venue Siap untuk Gelaran Peparda DIY 2025 |
![]() |
---|
Remisi Kemerdekaan, Ada Narapidana Lapas Wonosari Gunungkidul Langsung Bebas |
![]() |
---|
Nenek Asal Gunungkidul Ini Ikut Upacara Bendera di Tengah Sungai |
![]() |
---|
Dua Kasus Malaria Ditemukan di Gunungkidul, Ini Kata Dinkes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.